Sumber Alam dari Lautan

By loker aufit - October 14, 2017



SUMBER FISIKA DAN KIMIA


Bagi penikmat film bertema lautan kalian tentu tidak asing dengan salah satu film disney berjudul ‘Moana’. Mengambil tempat di sebuah kepulauan bernama Polynesia kisah ini akan membawa kita pada petualangan mengarungi lautan luas yang dianggap berbahaya bagi sebagian penduduk. Kepulauan Polynesia digambarkan memiliki lautan biru, pasir putih dan pengunungan yang ditumbuhi pepohonan tropis. Gambaran kepulauan Polynesia hampir menyerupai kepulauan-kepulauan yang ada di Indonesia, terlihat dari kehidupan masyarakan pesisir yang masih memanfaatkan sumberdaya laut dengan cara tradisional untuk menunjang kehidupannya.





Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki wilayah laut terbesar. Sekitar dua pertiga wilayah Indonesia adalah laut, selain itu Indonesia juga memiliki garis pantai terpanjang setelah Kanada. Tidak mengherankan sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki potensi besar pada sumberdaya lautnya. Sumberdaya laut dirasa penting bagi kehidupan manusia apabila dimanfaatkan secara baik dan benar.

Secara umum sumberdaya kelautan terbagi menjadi tiga bagian;

1.      Sumberdaya dapat pulih (renewable resources)

Meliputi berbagai jenis ikan, udang rumput laut, termasuk kegiatan budidaya pantai dan budidaya laut (mariculture).

SSumberdaya tidak dapat pulih (non- renewable resources)
Meliputi mineral, bahan tambang/galian, minyak bumi dan gas
.


3.      Jasa-jasa lingkungan kelautan (environmental services)
Meliputi kegiatan parisiwata yang berhubungan dengan laut.
 



Potensi sumberdaya kelautan masih belum digarap secara optimal karena kurangnya pemahaman untuk mengelola sumberdaya tersebut. Hal ini sangat disayangkan mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai garis pantai 99.093 Km2  dan luas laut sekitar 96.079,15  Km2. Dikutip dari Darsono (1999), pemanfaatan sumberdaya laut bertujuan untuk mencakupi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Pertambahan penduduk yang pesat dan dirasakan semakin sempitnya daratan, memaksa kita untuk berangsur-angsur mengalihkan kegiatan ekonomi ke laut. Guna memenuhi kebutuhan hidup akan pangan, mineral, maupun bahan mentah.
Saat ini kita mengenal energi terbarukan yang diperoleh dari laut. Energi terbarukan tersebut berasal dari aspek fisika air laut seperti gelombang, arus dan panas laut. Pemanfaatan laut dari ketiga aspek tersebut dapat digunakan sebagai sumber energi untuk membantu masyarakat Indonesia khususnya masyarakat pesisir.
1.      Arus Pasang Surut
 

Energi arus dapat dimanfaatkan untuk membantu kebutuhan listrik masyarakat kawasan pesisir. Prinsipnya dengan mengembangkan aplikasi teknologi yang mengkonvesikan tenanga kinetik air laut menjadi tenaga listrik. Beberapa negara di dunia berhasil memanfaatkan energi arus pasang surut seperti Skotlandia, Swedia, Perancis, Norwegia, Inggris, Irlandia Utara, Australia, Italia, Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Indonesia sendiri memiliki kecepatan arus pasang-surut kurang lebih 1,5 m/detik,  arus air dapat memberikan peluang yang lebih optimal dalam pemanfaatan konversi energi kinetik menjadi energi listrik. Berbeda dengan energi gelombang laut yang hanya terjadi di lapisan permukaan saja, arus laut dapat mencapai lapisan yang lebih dalam hingga ke dasar laut. Daerah yang berpotensi besar memanfaatkan energi arus pasang –surut adalah Bagan Siapi-api yang pasang surutnya mencapai 7 meter, Teluk Palu, Teluk Bima, Kalimantan Barat, Papua, dan Pantai Selatan Pulau Jawa . Konveksi energi yang dihasilkan dari arus pasang-surut berkisar 2,5 x 1.023 Joule sedangkan energi panas laut sebesar 3% dengan daya sekitar 240.000 MW.
 

Gambar tersebut memperlihatkan kinerja alat pembangkit listrik tenaga arus dimana energi kinetik arus laut diubah menjadi energi rotasi dan energi laut. Turbin yang terbuat dari prototype dengan kapasitas 1,2 MW/turbin  akan menghasilkan daya arus lebih besar dibandingkan turbin angin dikarenakan laut dunia mempunyai sumber energi yang besar yaitu mencapai total 2,8 x 1024 (280 Triliun) Watt/jam. Selain itu pembangkit listrik ini memiliki sifat yang relatif stabil, periodik dan dapat diprediksi pola atau karakteristiknya.
2.      Gelombang Laut
 
       Karakteristik energi gelombang sangat sesuai untuk memenuhi kebutuhan energi kota-kota pelabuhan dan pulau-pulau terpencil di Indonesia. Pengembangan teknologi dengan memanfaatkan tenaga gelombang dapat dilakukan dengan mengkonveksi energi listrik yang ada di laut lepas maupun pantai.

1.      Kategori lepas pantai (0ff-shore)
Sistem ini menggunakan mekanisme  kumparan seperti Salter Duck yang diciptakan oleh Stephen Salter (Scotish) yang memanfaatkan pergerakan gelombang  untuk memompa energi. Gerakan relatif antara bagian/pembungkus luar (external hull) dan bandul di dalamnya (internal pendulum) diubah menjadi energi listrik. Peralatan yang digunakan yaitu pipa penyambung ke pengapung di permukaan yang mengikuti gerak gelombang.Naik turunnya pengapung berpengaruh pada pipa penghubung selanjutnya menggerakan rotasi turbin bawah laut.

2.      Kategori On-Shore
Sistem ini mengkonveksi gelombang pantai untuk menghasilkan energi listrik menggunakan 3 cara yaitu channel system, float system dan oscillating water column systems. Cara penggunaan energi meknik ini secara langsung mengaktifkan generator dengan mentransfer gelombang pada fluida, air atau udara penggerak yang kemudian mengaktifkan turbin generator. Fungsi lainnya adalah sebagai tempat pemecah gelombang ‘breakwater’ seperti di Pantai Limpit, Scotlandia dengan energi listrik yang dihasilkan sebesar 500 kW.
                  Kekuatan gelombang sangat bervariasi di berbagai tempat. Wilayah laut Indonesia ( sepanjang pantai Selatan Jawa sampai Nusa Tenggara) merupakan lokasi yang memiliki potensi gelombang yang cukup besar berkisar antara 10-20 kW per meter gelombang. Pemanfaatan energi gelombang sudah diaplikasikan di Indonesia baik oleh lembaga litbang (BPPT, PLN) maupun institusi pendidikan lainnya yang baru pada tahap penelitian.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI), potensi gelombang laut dapat dimanfaatkan dengan cara menggunakan teknologi berbagai jenis energi seperti panas laut, gelombang laut, dan arus laut, yaitu mencapai 727.000 MW. Diantara berbagai jenis energi tersebut, industri energi laut yang paling siap dikembangkan dengan basis teknologi gelombang dan arus pasang surut sebesar 6.000 MW.
3.      Angin
                  Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam, kawasan pesisir Indonesia memiliki potensi besar memanfaatkan energi tersebut dengan cara membuat Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) yang mampu menghasilkan daya 250 Megawatt (MW).


 

         Cara kerja dari PTLB menggunakan turbin angin atau kincir angin untuk mengkonveksikan energi angin menjadi energi listrik. Energi angin yang memutar turbin angin diteruskan memutar rotor pada generator dibagian belakang turbin angin sehingga mampu menghasilkan enegi listrik.
 



   Berdasaran Green and Clean Energi For Indonesia, angin kelas 4(1,6-3,3 m/s) adalah batas maksimum dan angin kelas 9 (13,9-17,1 m/s) adalah batas maksimum energi angin yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Energi listrik biasanya disimpan ke dalam baterai sebelum dimanfaatan.


BAHAN-BAHAN BIOAKTIF

            Pemanfaatan bahan-bahan bioaktif (natural produc) dari biota laut sejauh ini belum berkembang secara baik. Berbagai macam bahan kimia yang ada di dalam tubuh biota laut merupakan potensi besar bagi bahan baku industri farmasi, kosmetika, pangan dan insdustri bioteknologi lainnya. Indonesia yang memiliki keragaman hayati tinggi mempunyai potensi besar mengembangkan industri bioteknologi. Di negara besar seperti Amerika Serikat, Jepang dan Malaysia industri bioteknologi dari bahan-bahan bioaktif telah menjadi salah satu industri andalan. Bahkan Amerika Serikat yang hanya sedikit memiliki terumbu karang mampu mengembangkan industri pembuatan tulang dan gigi palsu yang terbuat dari hewan kerang.
 


            Pemanfaatan sumberdaya secara optimal tanpa menggangu kelestarian diharapkan dapat membantu kesejahteraan masyarakat nelayan melalui tenaga kerja dan dapat meningkatkan pendapatan negara melalui pajak pendapatan dan devisa dari ekspor penduduknya. Pemanfaatan sumberdaya laut senantiasa didasari strategi berkelanjutan (sustainable) dimana pemanfaatan dan pendayagunaannya harus memperhatikan aspek pelestarian. Upaya pelestarian dimaksudkan untuk mengatur pemanfaatan sumberdaya laut dengan tetap memperhatikan daya dukungnya secara optimal.

Sumber Biologi, Perikanan, Budidaya dan Jasa Kelautan
 

Potensi sumberdaya ikan di perairan indonesia adalah sebesar 9,931 juta tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) yang terbagi dalam sembilan wilayah utama Indonesia. Dari seluruh potensi sumberdaya tersebut, guna menjaga keberlanjutan stok ikan jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 5,12 juta ton per tahun Sumberdaya perikanan laut di Indonesia disusun dalam kelompok-kelompok: Pelagis Besar, Pelagis Kecil, Demersal, Udang/ Krustacea lainnya, ikan karang, ikan hias, rumput laut, moluska teripang/ ubur-ubur, benih alami, reptilia dan mamalia laut.
Dalam laporan tersebut tersirat bahwa pada tahun 1997, total produksi perikanan laut sejumlah 3,8 juta ton diantaranya kelompok ikan 84%, krustasea 6% moluska% rumput laut 3% dan binatang air lainnya 4%. Tingkat pengusahaan (peanfaatan sumberdaya ikan) tersebut dibandingkan dengan potensi sumberdaya ikan yang besarnya 6,2 juta ton adalah 62% nya.
 

 

Sebagaimana disebutkan dalam pasal 27 UU Nomor 32 tahun 2014 tentang Kelautan menyebutkan bahwa Jasa Maritim meliputi:
a.       Pendidikan dan pelatihan
b.      Pengangkatan benda berharga asal muatan kapal tenggelam
c.       Pengerukan dan Pembersihan alur pelayaran
d.      Reklamasi
e.       Pencarian dan Pertolongan
f.        Remediasi lingkungan
g.       Jasa Kontruksi
h.       Angkutan Sungai, danau, penyeberangan dan antar pulau

Sumber:
1.      Darsono, Prapto. 1999. Pemanfaatan Sumberdaya Laut dan Implikasinya Bagi Masyarakat Nelayan. 4(24). Oceana.
2.      Pengantar Oceanografi Ilmu Kelautan Universitas Lambung Mangkurat


  • Share:

You Might Also Like

0 comments