PERAIRAN RAWA DI DESA UJUNG JALAN TANGGUL KECAMATAN BATI-BATI KABUPATEN TANAH LAUT
By loker aufit - November 06, 2017
Bab 1.
Latar Belakang
Eksistensi
rawa air tawar sangat berkaitan erat dengan eksistensi perairan dalam cakupan
yang luas. Rawa air tawar sangat kaya dengan keanekaragaman hayati, perannya
sangat ditentukan dengan keseimbangan ekosistem yang ada di dalamnya. Upaya untuk mempertahankan fungsi rawa air
tawar dilakukan dengan cara mendayagunakan sumber daya lahan basah dengan dilandasi oleh prinsip-prinsip kelestarian
lahan basah. Perairan rawa air tawar memiliki karakteristik lingkungan yang
beragam dari sisi ekologi, sifat hidrologi dan geomorfologinya.
Perairan
rawa di Desa Ujung Jl.tanggul Kecamatan Bati-Bati memiliki peranan sebagai penyumbang mata pencaharian dibidang
perikanan dan pertanian. Aktifitas para warga di bidang perikanan dilakukan
dengan cara budidaya perikanan air tawar. Selain sebagai lahan budidaya
perikanan, aktivitas lain yang dilakukan para warga yaitu memancing di sekitar
anakan sungai.
Rawa air tawar di Desa Ujung membawa dampak positif
dan negatif bagi warga yang menetap di sana. Pada musim hujan wilayah di
sekitar Desa Ujung sering terkena banjir karena luapan perairan rawa, sedangkan
pada musim kemarau perairan rawa di wilayah tersebut menjadi kering sehingga
mengakibatkan kebakaran hutan yang berdampak buruk bagi ekosistem rawa air
tawar disana.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana ekologi di perairan rawa air tawar ?
1.3
Tujuan
Mengetahui sistem
ekologi yang ada di perairan rawa air tawar.
Bab 2.
Pembahasan
2.1
Tinjauan Pustaka
Ekologi
merupakan ekspresi dari dinamika fisiologi makhluk hidup (interaksi dengan
lingkungannya). Hidroekosfir meliputi freshwater (inland water) dan Marine
Water (oceanologi). Dalam perkembangan selanjutnya muncul istilah Brackish water. Inland water meliputi
wetland (lahan basah) di permukaan bumi yang dapat didefinisikan sebagai
berikut;
1. Adanya kehadiran air meskipun perairannya berada di
bawah tanah.
2. Mempunyai tanah yang unik dan berbeda dengan tanah di
dekatnya.
3. Mendukung vegetasi yang dapat beradaptasi terhadap
kondisi basah (hidrophyt).
4. Berada di tepi daerah perairan yang dalam dan daerah
dataran tinggi (upland) dipengaruhi
oleh dua tipe sehingga terdapat ciri aquatik dan ciri terrestrial.
5. Ukuran lahan basah sangat bervariasi dari kubangan
kecil (pathol) sampai seluas-luasnya.
6.
Lokasinya
bervariasi dari darat (inland) sampai
coastal serta kondisinya dari region ke region.
Lahan
basah adalah istilah kolektif tentang ekosistem yang pembentukannya dikusai
air, dan proses serta cirinya terutama dikendalikan air. Suatu lahan basah
adalah tempat yang cukup basah selama waktu yang cukup panjang bagi
pengembangan vegetasi dan organisme lain yang beradaptasi khusus (Maltby,
1986). Lahan basah dibagi berdasarkan tiga parameter, yaitu hidrologi, vegetasi
hidrofilik, dan tanah hidrik (1997).
Wetland dipelajari dala ilmu yang bernama Telmatologi
(rawa) dan merupakan perkembangan dari Limnologi yang mempelajari Brackhis water, Salin water dan fresh water.
Wetland dibagi menjadi 2 bagian (daratan dan lautan) mempunyai genangan air (water long soil) serta tinggi permukaan
air yang dinamis (water table).
Wetland didesain merupakan bagian dari perekonomian,
pengembang fungsi (wetland restoration)
dan wetland yang memang dibuat (wetland creation). Fungsi wetland antara lain
yaitu;
1.
Pembersih air
yang tercemar
2.
Pencegah banjir
3.
Pencegah intrusi
air laut
4.
Penyeimbang
habitat flora dan fauna endemik
Rawa
merupakan ekosistem perairan tergenang yang relatif dangkal, dinding landai
daerahnya sangat produktif. Rawa terbentuk karena proses pendangkalan danau,
waduk, atau karena proses lain seperti gempa yang mengakibatkan suatu daerah
turun tetapi tidak dalam, atau karena aktifitas angin, dan pasang surut air
laut (rawa asin/ payau) (Satino, 2010).
Rawa mempunyai ciri khas pola naik turunnya permukaan
air dan permukaan bawah (hidrioperoid). Hidroperoid merupakan integritasi
antara inflow dan outflow air yang dipengaruhi penampakan
fisik topografinya. Flood Duration
merupakan lamanya waktu banjir atau jumlah lamanya waktu wetland dalam keadaan
tergenang air. Standing water
merupakan genangan air. Flood Frequency
(perioda genangan) merupakan rata-rata waktu wetlands digenangi air hingga
muncul istilah riparian wetland dan coastal salt wetland.
2.2 Identifikasi Masalah
A. Letak Geografis
Secara geografis, letak wilayah Kabupaten Tanah Laut
berada di bagian selatan wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, dengan posisi 114030’20’’
sampai 115020’00’’ sampai 4o10’30’’ Lintang Selatan.
Sedangkan secara administrasi, wilayah kabupaten tanah laut memiliki luas
wilayah daratan mencapai 3.631,35 km2 (363.135 Ha) atau 9,17% dari
luas wilayah Kalsel. Kabupaten Tanah Laut terdiri dari 11 wilayah kecamatan
yang terbagi dalam 128 Desa dan 5 kelurahan.
Berdasarkan
data badan pusat statistik kabupaten tanah laut, Desa Ujung memiliki luas
wilayah 6 km2 atau 2,46% dari luas wilayah Kecamatan Bati-bati.
Banyak penduduk rata-rata berjumlah 2.405 jiwa, kebanyakan penduduk bermata
pencaharian sebagai petani dan pedagang mengingat kondisi geografis kecamatan
bati-bati berupa dataran bergelombang, berbukit dan bergunung. Bagian perairan
rawa dan aliran sungai membentang dari timur ke barat dan bermuara ke Pantai
Laut Jawa.
Tanah di Kecamatan Bati-bati umumnya berjenis tanah
yang perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal, yaitu topografi yang
merupakan dataran rendah atau cekungan dan hampir selalu tergenang air.
Ciri-ciri tanah gleisol adalah solum tanah sedang, warna kelabu hingga
kekuningan, tekstur geluh hingga lempung, struktur berlumpur hingga masif,
konsistensi lekat dan bersifat asam (pH 4,5 – 6,0).
B.
Identifikasi Jenis Kegiatan
Salah satu aspek yang akan dibahas dalam makalah ini
yaitu mengidentifikasi jenis kegiatan yang dilakukan di Desa Ujung untuk
mengetahui berbagai kegiatan dan dampaknya bagi lingkungan sekitar juga para
warganya. Desa Ujung atau oleh masyarakat sekitar biasa disebut dengan “Desa
Tanggul” merupakan wilayah perairan rawa yang sisi kiri dan kanannya dibendung
(tanggul) untuk menahan debit air agar tidak mengenai pemukiman warga. Desa
Tanggul memiliki keunikan karakteristik ekologi lahan basah berupa perairan
rawa. Rawa air tawar yang ada di Desa Tanggul dimanfaatkan warga untuk memenuhi
kebutuhan air bagi tanaman holtikultura seperti padi dan jenis buah-buahan.
Selain untuk memenuhi kebutuhan air, perairan rawa yang sudah di bendung
tersebut dijadikan warga lokal dan warga dari berbagai desa lain untuk memancing
di sekitaran jembatan.
Kegiatan
memancing oleh warga biasa dilakukan
menjelang sore hari (ba’da ashar), kegiatan tersebut tidak hanya dilakukan oleh
warga sekitar, tetapi warga dari desa lain seperti Desa Nusa Indah, Ujung Baru,
Liang Anggang, Bentok dan desa lainnya. Kegiatan memancing biasa dilakukan saat
musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Para warga memancing ikan
dengan menggunakan alat tangkap masing-masing, data yang ditemukan di lapangan
para warga menggunakan alat pancing sederhana untuk menangkap ikan selain itu
terdapat juga warga yang memasang rengge dan lukah di bantaran sungai.
Alat
tangkap rengge yang dipakai warga untuk menangkap ikan yaitu jala yang
dibentangan horizontal, di sisi kiri dan kanannya ditancapkan bambu atau kayu
untuk mengencangkan jala. Hasil tangkapan yang ditangkap warga dengan
menggunakan alat tangkap rengge yaitu jenis ikan air tawar Puyau dan Baung. Tidak
hanya rengge dari jala yang ada di perairan Desa Tangul tetapi terdapat juga
jenis rengge yang lebih ramah lingkungan karena terbuat dari bambu. Jenis
rengge ini memiliki perbedaan bentuk dengan rengge yang terbuat dari jala.
Rengge milik responden bernama Bapak Mansyur terbuat dari bambu bentuknya
menyerupai segitiga dan ditancapkan di perairan sungai, pada ujungnya diberikan
alat pengurung agar ikan terjebak di dalam kurungan
Selain kedua
jenis alat tangkap diatas, terdapat pula jenis alat tangkap lukah yang berada
di tepian sungai. Menurut Prasetyo (2006), Lukah merupakan alat tangkap ikan
yang terbuat dari anyaman bambu. Jarak antara celah 1 cm, berbentuk bulat
memanjang dengan diameter 10-15 cm, panjang 1,5 – 2 m, bagian pangkalnya ada
celah untuk masuknya ikan. Pada celah dipasang injab agar ikan yang masuk tidak
keluar lagi, sedangkan dibagian atas dipasang kayu untuk menutupi celah. Alat
ini dipasang tertidur dalam perairan dan bagian atasnya dipasang unjar (patok).
Alat ini menangkap ikan dengan cara
menjebak. Ikan yang tertangkap dengan lukah biasanya masih hidup. Pengambilan
hasil tangkapan dilakukan dengan membuka kayu penutup bagian atas kemudian
lukah diangkat dan dibalik.
Selain digunakan untuk kegiatan memancing, perairan rawa di Desa Tanggul juga digunakan masyarakat untuk bercocok tanam terutama tanaman holtikutura yaitu padi. Perairan yang dibendung dialirkan menuju sawah-sawah warga sebagai pemasok utama perairan untuk irigasi pedesaan. Menurut Sumaryanto, dkk (2010) mengatakan, dari sudut pandang investasi pembangunan dan pengembangannya, lahan sawah di Indonesia dipilah menjadi dua kategori yaitu irigasi PU (pemerintah) dan irigasi non-PU (swadaya masyarakat). Terkait dengan karakteristik teknisnya, irigasi PU sering pula disebut irigasi teknis, sedangkah irigasi swadaya masyarakat umumnya menggunakan istilah sebagai irigasi sederhana atau irigasi pedesaan.
. Pemanfaatan
irigasi ini tentu sangat membantu masyarakat untuk mencukupi kebutuhan perairan
khususnya dibidang pertanian. Saat musim hujan berlangsung masyarakat dapat
menampung air pada irigasi untuk selanjutnya dapat digunakan untuk mengairi
area persawahan mereka. Begitu pula saat musim kemarau, masyarakat menggunakan
cadangan air irigasi untuk mencukupi kebutuhan perairan mereka.
Masyarakat
yang menetap di Desa Ujung umumnya adalah masyarakat pendatang dari Pulau Jawa.
Keadaan geografis yang didominasi perairan rawa membuat rumah antara satu warga
dengan warga lainnya menjadi berjauhan. Beberapa rumah yang sempat ditemui
kebanyakan hanya berupa rumah singgah. Rumah singgah yang dimaksud adalah rumah
yang digunakan masyarakat ketika musim panen padi tiba.
Rumah-rumah tersebut difungsikan sebagai tempat tinggal sementara saat musim panen dan sesudah musim panen. Dari hasil data dilapangan terlihat rumah yang berdiri di area persawahan dibiarkan kosong tidak berpenghuni karena hanya digunakan dalam waktu-waktu tertentu.
2.4 Matrik Identifikasi Dampak
Sumber
|
Jenis Dampak
|
Besaran
Dampak
|
Bentuk
Pemantauan Lingkungan hidup
|
Instansi
Pengelola
dan Pemantauan
lingkungan
hidup
|
Ket
|
|
1.Tahap Pra
Kontruksi
|
||||||
A Kegiatan
Survei dan Penetapan Lokasi
|
||||||
Kegiatan n
penangkapan ikan di perairan rawa.
|
Penangkapan
ikan yang dilakukan masyarakat cenderung bersifat negatif.
|
Perkembangan
biakan ikan terganggu karena masyarakat melakukan penangkapan terus-menerus.
|
Dilakukan
dengan metode survei lapangan. Analisis data dilakukan secara deskriftif.
|
Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tanah Laut
|
||
Berdasarkan matrik identifikasi dampak pada tabel di
atas dapat diketahui jenis dampak yang terjadi di perairan rawa Desa Ujung.
Penangkapan ikan yang dilakukan masyarakat secara terus-menerus cenderung akan
bersifat negatif mengingat tidak adanya kepedulian warga untuk menjaga
keseimbangan ekosistem perikanan di wilayahnya. Karena tidak adanya kepedulian
dari masyarakat, perkembangbiakan ikan akan terganggu sebab ikan tidak
diberikan tenggang waktu untuk berkembang biak. Peranan instansi terkait
seperti Dinas Perikanan dan Kelautan serta masyarakat setempat sangat
menentukan terjaganya keseimbangan alam di Desa ini.
Bab 3.
Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan
Perairan rawa di Desa Ujung digunakan warga sekitar
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Masyarakat menggunakannya dalam
bidang perikanan, pertanian dan perumahan. Dibidang perikanan, masyarakat
memanfaatkan sungai di sekitar perairan rawa untuk melakukan penangkapan ikan
dengan menggunakan alat tangkap seperti pancing, rengge dan lukah. Selain itu
masyarakat memanfaatkan wilayah rawa untuk menanam tanaman holtikultura dari
jenis padi-padian dan buah. Penanaman jenis buah-buahan biasa dilakukan
masyarakat setelah musim panen padi selesai dilakukan gunannya untuk
memanfaatkan lahan persawahan yang kosong. Perumahan yang berdiri di atas tanah
rawa cenderung bersifat rumah singgah, dikatakan demikian karena rumah tersebut
hanya difungsikan menjelang waktu musim panen dan sesudah panen padi.
3.2 Saran
Kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan terus menerus
akan berdampak negatif bagi perkembangbiakan ikan. Ikan tidak memiliki
kesempatan untuk berkembang karena masyarakat melakukan penangkapan
terus-menerus. Peranan lembaga yang terkait serta keikutsertaan masyarakat
untuk menjaga keseimbangan ekosistemnya sangat tergantung demi kelestarian alam
di Desa Ujung.
0 comments