Pembentukan Benua dan Samudera

By loker aufit - October 06, 2017

1.1 Teori Pembentukan Benua

Permukaan bumi terdiri atas 1/3 bagiannya adalah daratan dan 2/3 bagian lainnya adalah lautan. Proses pembentukan bumi dijelaskan oleh para ahli dengan berbagai teori. Teori-teori tersebut dipaparkan pada penjelasan berikut.

1.      Teori limas (the tetrahedral theory)
Teori yang dikemukakan oleh Lowthian Green (1875) membandingkan bumi dengan tetrahedron. Perbandingan itu berupa tiga sisi piramid dengan dasar segitiga dasar (limas segitiga). Green beranggapan bahwa sudut-sudut limas menunjukan benua dan sisi-sisi limas menunjukan samudera. Teori ini mengasumsikan bahwa benua selalu ada dalam keadaan stabil, posisinya tetap, tetapi selalu terpisah satu sama lain.



2.      Teori apungan benua (continental drift)
Teori ini dikemukakan oleh Taylor (1910), kemudian dikembangkan oleh Wegener (1912-1929). Ilmuan lain kurang sependapat dengan teori apungan benua terutama yang terkait dengan mekanisme pergeseran benua-benua tersebut. Teori ini mengumpamakan benua sebagai bahan tersusun atas Si-Al yang mengapung di atas bahan dan memiliki densitas yang lebih besar serta bersifat plastis yang membentuk kerak samudera.


3.      Teori arus konveksi (convection current)
Holmes menyatakan bahwa bongkahan-bongkahan benua dapat bergeser satu sama lain karena adanya arus konveksi. Bongkahan-bongkahan benua adalah benda-benda yang menumpang di atas mantel arus konveksi, sehingga dapat bergerak bebas. Bongkahan tersebut menghubungkan punggung-punggung tengah samudera, yaitu tempat arus konveksi naik dari mantel dan muncul di permukaan melalui celah-celah. Arus konveksi naik melalui parit/palung (oceanic trech) dan jalur-jalur orogen yang berada di permukaan bumi.
 




4.      Teori bumi yang mengembang (the expanding earth)
Teori yang dikemukakan oleh J.K.E Halm (1935) dan diteruskan oleh Bruce C Heezen. Teori ini berpendapat bahwa pada awal-awal pembetukannya bumi beurkuran lebih kecil dibanding ukurannya saat ini. Pada saat bumi masih tertutup lapisan es, kerak terbentuk di permukaan kemudan diikuti dengan perkembangan ukuran bumi.
 


Saat mengembangnya bumi, kerak mengalami keretakkan dan membentuk benua-benua. Jika diasumsikan proses mengembangnya bumi seperti saat kita meniup balon hingga mengembang. Benua yang asli secara kasar memiliki ukuran yang sama, maka akan terbentuk kerak-kerak tambahan. Penjelasan ini masih bersifat spekulasi, tetapi memberikan keterangan yang masuk akal bagu sejumlah keberatan yang menghadang tori Wegener.


5.      Teori kemagnetan purba (palaomagnetism)
Palaeomagnetism diartikan sebagai kajian kemagnetan bumi sepanjang waktu geologi. Palaeomagnetism mengkaji arah medan magnet batuan pada awal batuan tersebut terbentuk. Proses ini dapat terbentuk melalui cara sebagai berikut;
1.      Pada saat batuan beku maka proses sedimen akan terbentuk
2.      Partikel magnet yang ada pada batuan memiliki arah dan dip yang sama sebagai medan geomagnetik lokal pada saat batuan tersebut memadat.
3.     Batuan yang ada pada benua menunjukan arah magnetik yang bervariasi antara usia geologis satu dengan yang lain






6.      Teori tektonik lempeng (the theory of plate tectonics)
Teori ini mencakup hipotesis mengenai apungan benua. Teori tektonik lempeng berhubungan dengan pemikiran mengenai pemekaran dasar laut. Ada dua teori yang mencakup hipotesis mengenai apungan benua, yaitu;
1.      Bagian geometris, memandang bahwa kulit bumi memiliki potongan-potongan lempeng yang memiliki kemiripan dengan kulit telur  saat mengalami keretakan.
2.      Bagian kinematik, bagian lempeng baik berukuran besar atau kecil yang bergerak relatif konstan.
Gerakan lempeng dapat disebabkan oleh aktivitas arus konveksi maupun pengaruh gravitasi, yang mendorong dan menarik pergerakan tersebut. Lempeng utama di dunia adalah sebagai berikut.
1.      Lempeng Amerika
2.      Lempeng Antartika
3.      Lempeng Afrika
4.      Lempeng Eurasia
5.      Lempeng Pasifik
6.      Lempeng Indo-Australia
 

  



Jenis Interaksi Lempeng

1.      Konvergen (convergent)
Dua lempeng saling mendekat/bertumbukan




2.      Divergen (divergen)
Dua pasang lempeng saling berpisah
 





3.      Berpapasan(Strike-slip/transform)
Dua lempeng saling bergeser, tidak berpisah dan bertumbukan
 


4.      Kombinasi (triple-junction)
Pertemuan tiga lempeng, merupakan kombinasi dari tiga interaksi lempeng sebelumnya.
 





1.2 Teori Pembentukan Lautan

Awal Pembentukan lautan diduga dari proses kristalisasi magma yang membeku menjadi batuan. Air panas disemburkan oleh sumber air panas dan vulkanik. Volumenya diperkirakan sebanyak volume lautan yang ada saat ini. Diperkirakan hanya sekitar 1% dari jumlah tersebut yang masuk menjadi air tanah dan lautan dengan waktu yang diperlukan sekitar 4 x 109 tahun.

Hipotesis terjadinya samudera

1.      Hill (geolog Inggris) mengatakan bahwa kulit bumi itu mula-mula terjadi  di kutub yang terdiri dari feldspar yang tebalnya kira-kira 1,5 km. Akibat proses radio aktif yang kuat dibarengi dengan panas yang terdapat di muka bumi mengakibatkan permukaan bumi tersebut mengebung dan terjadilah kontinen. Magma basaltis yang lebih berat terdapat di  bawah benua dan menjadi dasar samudera.
2.      J.H.F. Umgrove berpendapat asal mula kulit bumi itu tidak hanya di daerah kutub, tetapi seluruh permukaan bumi yang menyebabkan kulit bumi retak-retak.Menurutnya retakan-retakan inilah yang kemudian menjadi samudera.
3.      V.J Vernansky menduga bahwa pemisahan bulan dari kulit bumi yang masih plastis. Karena rotasi bumi sejumlah massa magma dan kulit bumi tersebut terlempar ke ruang angkasa, akibatnya pada kulit bumi tersebut terdapat basin yang luas yang kemudian menjadi samudera Pasifik.
4.      V.V Belousov menduga bahwa dasar samudera terjadi akibat pemerosotan tanah daratan. Karena itu samudera meluas ke arah daratan, menurutnya samudera Atlantik dan Hindia meluas pada periode Tertier, sedangkan samudera pasifik pada periode Quarter.

Teori terjadinya samudera
Ada beberapa teori tentang terjadinya samudera, antara lain adalah sebagai berikut:
1.    Contraction theori (teori kontraksi)
James Dana dan Elie De Baumant (1847-1852) menyatakan Sebelum bumi terbentuk, bumi masih dalam keadaan panas. Kemudian mulai mendingin dan terbentuklah kulit bumi. Dalam waktu jutaan tahun terjadi perubahan di dalam dan di bawah kulit bumi. Perubahan-perubahan tersebut menyebabkan terjadinya continent atau cekungan samudera. Hal tersebut dapat diketahui karena di bawah kulit bumi terdapat batuan yang lebih berat yang disebut Astenosfer (mantel).
2.    Gravity theory (Teori Gravitasi)
Beberapa ilmuan berpendapat bahwa cekungan samudera terbentuk ketika suatu bintang besar melintas dekat bumi. Karena gravitasi maka terjadi tarik menarik antara bintang tersebut dengan bumi. Diduga karena bumi masih panas dan lunak maka sebagian kulit bumi tertarik ke angkasa luar.  Bekasnya menjadi cekungan samudera yang menurut teori adalah cekungan samudera Pasifik. Sedangkan bagian bumi yang terlepas adalah bulan.

3.    Meteroid theory (teori Meteroid)
Menurut teori meteroid terjadinya cekungan samudera akibat jatuhan dari meteor. Diduga bahwa lekukan-lekukan danau kawah di bulan dan samudera di bumi terjadi oleh hal yang sama. Karena adanya benturan meteor yang begitu kuat maka pinggir-pinggir tempat meteor itu jatuh terjadi cekungan.

4.      Contonental Drift theory (teori pergerakan benua)
Teori ini dikembangkan Alfred Wegener. Dalam teori tersebut dikatakan pada saat kulit bumi mendingin terjadi satu kontinen besar. Karena kontinen itu ringan maka terapung di atas batuan yang lebih berat yang ada dibawahnya, setelah itu mulai terbagi dua blok. Blok di sebelah utara membentuk Amerika Utara dan Erasia sedangkan blok selatan menjadi Amerika Selatan. Kedua blok itu dipisahkan oleh samudera yang disebut Tethys.
Pada waktu itu laut thetys dipersempit menjadi laut Medeteran, laut Hitam dan laut Kaspia. Teori ini dapat dilihat dari bentuk pantai Afrika dengan Amerika selatan serta Erasia. Alasan lain yang membuktikan teori ini adalah fosil-fosil tumbuhan dair batuan purba. Ternyata fosil tubuhan-tumbuhan tertentu terdapat dalam di dalam batuan purba baik di Amerika Selatan, Afrika, India dan Siberia. Bukti ini memperkuat dugaan bahwa daerah-daerah tersebut pernah bersatu (berhubungan).


Komposisi Daratan dan Lautan

Bumi dapat dibagi menjadi  tanah hemisfer dan lautan hemisfer. Bumi memiliki lapisan kepadatan (density) dan komposisi yang berbeda-beda. Urutan lapisan-lapisan tersebut adalah atmosfer, Hidrosfer, Litosfer (lapisan kerak bumi), Astenosfer, dan pusat bumi (central core). Pada pembahasan pusat bumi dapat diketahui bahwa bumi memiliki lapisan dengan kandungan dan bentuk masing-masing.
Bentuk dasar laut (Relief of sea flafoor) merupakan bentuk dasar laut yang dapat dibedakan menjadi morfologi bentuk dasar laut yang berada di tepi benua (Continental Margin) dan morfologi dasar laut yang berasal dari cekungan samudera (Ocean Basin).
             
Tepi Banua (continental margin) meliputi bagian dari banua yang tenggelam dan zona transisi antara benua dengan cekungan samudera. Berdasarkan teori tepi banua dicirikan dengan aktifitas kegempaan, volkanisme dan pensesaran. Aktifitas-aktifitas tersebut terbektuk karena adanya dua lempeng konvergen yang menghasilkan busur kepulauan volkanik dan palung (trech). Salah satu hasil dari kedua lempeng konvergen adalah terjadinya sedimen yang menyebakan pembentukan pegunungan. Hasil sedimen di sepanjang tepi banua pasif menghasilkan paparan banua yang lebar. Berdasarkan morfologinya tepi benua dapat dibedakan menjadi;
1.   
  
Paparan Benua (Continental shelf)
Bagian benua yang memiliki kemiringan lereng sangat kecil (1 meter per 1000 meter atau ≤0,4%) dan       berbatasan langsung dengan darat.

2.                   Lereng Benua (Continental Slope)
Tepi Benua dengan lereng curam (kemiringan 3%-6%), dimulai dari tekuk lereng dari paparan benua sampai daerah tinggian benua (continental rise) dengan lereng sekitar 4 derajat.

3.      Tinggian Benua (Continental Rise)
Daerah transisi antara benua dengan cekungan samudera yang mempunyai lereng dan perlahan-lahan menjadi datar pada dasar lautan.


Sumber: Pengantar Oseanografi- Ilmu Kelautan Universitas Lambung Mangkurat

  • Share:

You Might Also Like

1 comments