Mendadak sekumpulan Ikan tampak mengerubungi Lala setelah mendengar kegaduhan Ikan Papuyu itu pagi ini.
“Benarkah yang kamu bilang itu, La?”
Didot seekor Ikan Sepat seperti tidak percaya mendengar perkataan Lala.
“Sungguh! Aku bersumpah melihat air
sungai bercahaya. Cantik sekali. Cahaya itu mengarah ke selatan sana!” ujar Lala amat
bersemangat menceritakan pada teman-temannya.
Pagi itu, saat tengah asyik mengitari
sungai, Lala tidak sengaja melihat benda berkilauan yang mengambang di
permukaan air. Lala ragu ingin menyentuh benda itu. Takut nantinya malah
dimarahi ayah dan Ibu. Alhasil karena tidak ingin kena marah, Lala justru
mengajak teman-temannya untuk bersama-sama melihat benda berkilau itu dari
dekat.
“Aku tidak berani, La. Takut dimarahi
Mama,” kata Ochi, Si Ikan Sepat bersisik merah.
“Jangan kuatir! Kita kan berangkat
sama-sama. Lagi pula kita tidak pergi jauh dari rumah kok!” Lala berusaha
meyakinkan teman-temannya.
Bubu, si Ikan Bakut muncul dari dasar
sungai “Tunggu! Ayah selalu melarangku bermain ke permukaan sungai. Ayah bilang
disana banyak orang yang ingin berbuat jahat dengan kita. Sebaiknya kalian
tetap disini saja. Tidak usah main jauh-jauh!”
Dengan wajah mengejek, Lala mendorong
tubuh Bubu menggunakan sirip dadanya, “Duh Bubu! Bilang saja kamu
takut pergi bermain jauh-jauh. Kamu kan sukanya cuma berdiam diri di dasar
sungai seperti orang tidak ada kerjaan. Dasar ikan aneh. Haha!”
Tawa Lala diikuti seruan mengejek ikan-ikan
lainnya. Bubu si Ikan Bakut hanya bisa terdiam mendengar perkataan kasar itu.
Dia tidak berani melawan teman-temannya yang memiliki tubuh lebih besar
dibanding dirinya.
“Sudahlah dari pada membuang waktu lebih
baik kita segera mengejar cahaya itu! ” ajak Lala bergegas pergi.
Rombongan ikan mulai mengikuti kemana
arah yang ditunjukkan oleh Lala. Mulanya mereka berenang dengan barisan
lengkap. Lala memimpin di depan, diikuti sekumpulan ikan Sepat, Kelabau, Baung
dan Haruan. Lama-kelamaan rombongan ikan mulai terpisah jauh, Lala tidak sadar
kalau dirinya terpisah dari teman-teman. Lala terus berenang mengikuti arah
cahaya. Sementara di belakang sana, satu persatu Ikan Sepat mulai berjatuhan.
Mendadak kepala mereka terasa sakit dan perutnya mual. Ikan-ikan lain di
barisan belakang pun berhenti untuk menolong teman-temannya. Terjadilah
kegaduhan hebat di antara rombongan ikan tersebut.
Lalu bagaimana dengan nasib Lala?
Lala tersenyum senang melihat kilauan
cahaya itu berhenti di sebuah batu. Ia yakin sekali cahaya itu adalah bintang
jatuh yang biasa diceritakan nenek sebelum Lala tidur. Namun, belum sempat Lala
menyentuhnya, dari arah belakang Bubu datang menarik tubuh Lala agar menjauh
dari benda berkilau itu.
“Ayo pergi!” Bubu menarik paksa Lala
menggunakan siripnya. Lala terkejut dan malah menghardik Bubu, “Apa-apaan sih
Bu!” Lala ingin memarahi Bubu, namun tiba-tiba ia tersadar ketika tidak
menemukan ikan-ikan lain di belakangnya.
“Kemana mereka?”
“Didooot?!! Odiiie?!! Chanaaa?!!”
“Apa mereka meninggalkan Lala?”
Bubu terus berusaha menarik tubuh Lala
menjauhi benda berkilau itu.
“Sudah aku bilang Lala, disana tidak
aman. Benda itu sangat berbahaya bagi kita,” kata Bubu
“berbahaya?” alis Lala berkerut. “ Benda
itu adalah bintang jatuh seperti dongeng yang diceritakan nenek.”
“Dia bukan bintang jatuh seperti yang
ada di pikiranmu, Lala. Benda itu adalah racun yang bisa membunuh kita. Kamu
lihat, teman-teman pingsan karena tidak sengaja meminum racun dari benda itu!”
Mendengar perkataan Bubu, Lala menyesal
sudah mengindahkan perkataan temannya. Dengan wajah sembab sehabis menangis,
Lala memberanikan diri meminta maaf kepada Bubu.
“Bubu, maafkan Lala, ya. Lala sudah
mengejek Bubu tadi di hadapan teman-teman. Lala janji tidak akan pergi main
jauh-jauh. Apalagi sampai membuat teman Lala lainnya jadi celaka.”
Bubu menganggukkan kepala, “Iya Lala.
Lain kali kalau Lala mau main, main saja di dasar sungai sama Bubu. Disana ada
Kak Roki Si Kepiting, Kak Nayu Si Udang dan teman-teman Bubu lain. Di dasar
sungai nggak kalah asyik kok sama di permukaan. Coba saja kapan-kapan
kesana!”
Lala menghentikan tangisnya. Kembali
tersenyum ceria. Dalam hati Lala menyesali sikap sok tahu dan sombong yang
sudah membuat teman-temannya celaka.