Gara-Gara Bintang Jatuh

By loker aufit - February 04, 2021

 


Mendadak sekumpulan Ikan tampak mengerubungi Lala setelah mendengar kegaduhan Ikan Papuyu itu pagi ini.

“Benarkah yang kamu bilang itu, La?” Didot seekor Ikan Sepat seperti tidak percaya mendengar perkataan Lala.

“Sungguh! Aku bersumpah melihat air sungai bercahaya. Cantik sekali. Cahaya itu mengarah ke selatan sana!” ujar Lala amat bersemangat menceritakan pada teman-temannya.

Pagi itu, saat tengah asyik mengitari sungai, Lala tidak sengaja melihat benda berkilauan yang mengambang di permukaan air. Lala ragu ingin menyentuh benda itu. Takut nantinya malah dimarahi ayah dan Ibu. Alhasil karena tidak ingin kena marah, Lala justru mengajak teman-temannya untuk bersama-sama melihat benda berkilau itu dari dekat.

“Aku tidak berani, La. Takut dimarahi Mama,” kata Ochi, Si Ikan Sepat bersisik merah.

“Jangan kuatir! Kita kan berangkat sama-sama. Lagi pula kita tidak pergi jauh dari rumah kok!” Lala berusaha meyakinkan teman-temannya.

Bubu, si Ikan Bakut muncul dari dasar sungai “Tunggu! Ayah selalu melarangku bermain ke permukaan sungai. Ayah bilang disana banyak orang yang ingin berbuat jahat dengan kita. Sebaiknya kalian tetap disini saja. Tidak usah main jauh-jauh!”

Dengan wajah mengejek, Lala mendorong tubuh Bubu menggunakan sirip dadanya, “Duh Bubu! Bilang saja kamu takut pergi bermain jauh-jauh. Kamu kan sukanya cuma berdiam diri di dasar sungai seperti orang tidak ada kerjaan. Dasar ikan aneh. Haha!”

Tawa Lala diikuti seruan mengejek ikan-ikan lainnya. Bubu si Ikan Bakut hanya bisa terdiam mendengar perkataan kasar itu. Dia tidak berani melawan teman-temannya yang memiliki tubuh lebih besar dibanding dirinya.

“Sudahlah dari pada membuang waktu lebih baik kita segera mengejar cahaya itu! ” ajak Lala bergegas pergi.

Rombongan ikan mulai mengikuti kemana arah yang ditunjukkan oleh Lala. Mulanya mereka berenang dengan barisan lengkap. Lala memimpin di depan, diikuti sekumpulan ikan Sepat, Kelabau, Baung dan Haruan. Lama-kelamaan rombongan ikan mulai terpisah jauh, Lala tidak sadar kalau dirinya terpisah dari teman-teman. Lala terus berenang mengikuti arah cahaya. Sementara di belakang sana, satu persatu Ikan Sepat mulai berjatuhan. Mendadak kepala mereka terasa sakit dan perutnya mual. Ikan-ikan lain di barisan belakang pun berhenti untuk menolong teman-temannya. Terjadilah kegaduhan hebat di antara rombongan ikan tersebut.

Lalu bagaimana dengan nasib Lala?

Lala tersenyum senang melihat kilauan cahaya itu berhenti di sebuah batu. Ia yakin sekali cahaya itu adalah bintang jatuh yang biasa diceritakan nenek sebelum Lala tidur. Namun, belum sempat Lala menyentuhnya, dari arah belakang Bubu datang menarik tubuh Lala agar menjauh dari benda berkilau itu.

“Ayo pergi!” Bubu menarik paksa Lala menggunakan siripnya. Lala terkejut dan malah menghardik Bubu, “Apa-apaan sih Bu!” Lala ingin memarahi Bubu, namun tiba-tiba ia tersadar ketika tidak menemukan ikan-ikan lain di belakangnya.

“Kemana mereka?”

“Didooot?!! Odiiie?!! Chanaaa?!!”

“Apa mereka meninggalkan Lala?”

Bubu terus berusaha menarik tubuh Lala menjauhi benda berkilau itu.

“Sudah aku bilang Lala, disana tidak aman. Benda itu sangat berbahaya bagi kita,” kata Bubu

“berbahaya?” alis Lala berkerut. “ Benda itu adalah bintang jatuh seperti dongeng yang diceritakan nenek.”

“Dia bukan bintang jatuh seperti yang ada di pikiranmu, Lala. Benda itu adalah racun yang bisa membunuh kita. Kamu lihat, teman-teman pingsan karena tidak sengaja meminum racun dari benda itu!”

Mendengar perkataan Bubu, Lala menyesal sudah mengindahkan perkataan temannya. Dengan wajah sembab sehabis menangis, Lala memberanikan diri meminta maaf kepada Bubu.

“Bubu, maafkan Lala, ya. Lala sudah mengejek Bubu tadi di hadapan teman-teman. Lala janji tidak akan pergi main jauh-jauh. Apalagi sampai membuat teman Lala lainnya jadi celaka.”

Bubu menganggukkan kepala, “Iya Lala. Lain kali kalau Lala mau main, main saja di dasar sungai sama Bubu. Disana ada Kak Roki Si Kepiting, Kak Nayu Si Udang dan teman-teman Bubu lain. Di dasar sungai nggak kalah asyik kok sama di permukaan. Coba saja kapan-kapan kesana!”

Lala menghentikan tangisnya. Kembali tersenyum ceria. Dalam hati Lala menyesali sikap sok tahu dan sombong yang sudah membuat teman-temannya celaka.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments