Sebelum mentari pagi menampakan sinar kesuciannya.
Sebelum embun-embun pagi menghilang dari pucuk dedaunan. Sebelum semua
benar-benar menghilang. Dalam penjara yang sunyi, kegelapan selalu menemani
setiap perjalan kita. Kita, kamu dan aku. Ketika semua cahaya beradu-padu
membentuk pola indah. Dalam keindahan setiap sudut cahayanya tersimpan banyak
hal menarik. Mereka bersatu membentuk keindahan. Membuat mata siapa saja yang
melihat pasti akan terpukau oleh keindahannya. Itulah yang tak ku temukan pada diri
kita. Ketika cinta mampu membius dua sejoli, merangkai bunga-bunga cinta yang
siap bermekaran. Tinggal menunggu waktu sampai bunga-bunga itu siap disemai.
Semerbak bau keindahannya membawa kita pada arti cinta remaja sesungguhnya.
Cinta akan terus tumbuh pada hati siswa siswi SMA yang
memasuki masa balighnya. Cinta yang sesungguhnya menjadi penyemangat mereka.
Makhluk di dunia memerlukan oksigen untuk bernafas. Begitu juga dengan
anak-anak remaja. Cinta adalah penyembuh mereka dari hiruk-pikuk kesibukan
tugas yang selalu ada. Kami pernah punya cinta, cinta kami sangat indah. Bagai
lokomotif uap yang berjalan di sepanjang rel dengan jurang dalam di bawahnya.
Kami membangun cinta dengan kehati-hatian. Terus menerus cinta itu dipupuk
dengan permasalahan. Kami terus kuat karena masalah, kami bisa memperbaiki
kesalahan itu hingga cinta kami semakin kuat.
Sayang beribu sayang badai besar membuat lokomotif uap
itu goyah. Cinta kuat itu perlahan memudar dan terus-menerus memudar. Keadaan
itu membuat semua jadi terdesak. Lokomotif kami tertahan di tengah-tengah
jalan.
Aku sudah lama mencium bau perselingkuhan. Diam ku
ternyata malah membuat semua semakin buruk. Beberapa kali ku temukan dia dengan
teman wanitanya. Berdua,bercanda, terlihat bahagia. Kepercayaan yang membuatku
kuat. Dia tidak akan meninggalkan ku.
Setiap hari hatiku digores pisau tajam. Dalam pantulan cermin, ku lihat hatiku
sudah luka parah. Darah bercampur kebencian itu jelas terlihat. Aku tidak tahan
lagi.
Rel yang menopang lokomotif kami ambruk. Segala yang
ada di atas jatuh bebas menuju jurang. Aku membuat keputusan yang justru
membuat semua bertanya-tanya. Cinta yang telah kami bangun sejak pertama kali
memasuki gerbang sekolah hancur sudah. Diatas keputusan marah aku meninggalkan
dia. Suasana seakan mencekam saat aku meluapkan semua kekesalanku padanya.
“ Kalau itu memang yang terbaik.. lakukanlah “
Dia menjawab dengan kata santai. Jauh seperti dia yang
dulu pertama kali ku temui. Segera aku tersadar, dia bukan orang yang ku
harapkan.
Aku mulai membuka lembaran baru untuk siapa saja yang
bisa menaklukan hatiku. Sekarang aku menaruh hati pada seseorang, sebut saja
namanya Ali. Memang tidak ada hubungan khusus antara aku dan dia. Hanya teman
biasa yang bisa sedikit demi sedikit menyebuhkan hatiku yang luka parah. Hatiku
disembuhkan olehnya aku kembali seperti aku yang dulu. Aku nikmati setiap hari
bersama Ali.
Mungkin selama masih satu sekolah aku tetap tidak akan
lepas dari sosok masa lalu ku. Dalam salah satu sudut hati, aku masih menyimpan
memory indah dengannya. Semua memory itu tersusun rapi. Kapan pun dimana pun
aku bisa mengingat kembali memory itu.
Ketika dia memberiku setetes harapan untuk kembali. Hatiku goyah lagi.
Perihal buah simalakama, dituruti salah tidak dituruti salah. Itulah keadaan
aku sekarang. Perasaan ku pada Ali memudar, rasa cinta pada sosok lama semakin
mekar.
Aku meruskan respon baik antara kami berdua. Mungkin
kami jodoh karena memang tidak bisa dipisahkan. Aku kembali menaruh harapan
besar padanya. Lewat tatapan mata dan
mimik wajah saat kami berdua berpapasan di mana pun bertemu. Aku
merasakan energi cinta yang kuat. Energi yang masuk hingga ujung-ujung saraf
sensorik. Tuhan punya skenrio indah bagaimana mempersatukan hati yang sama-sama
terluka.
Ketika aku bersiap membuka gerbang baru dan
melewatinya kembali bersama dirinya. Sebuah hal mengejutkan menimpaku. Bukan
aku orang sebenarnya ia pilih. Sudah sejak awal, bukan aku yang dia inginkan.
Aku menyaksikan itu sendiri dengan tubuh bergetar. Kepingan hati ku tidak bisa
disatukan lagi.
“ Dia menaruh hati pada Alika, sudah lama sejak MOS..
“
Tutur sahabatku dengan wajah yang serba-salah.
Dan rasaku telah hilang seperti amnesia, tidak bisa
mengingat semua tentang dia. Tebasan pisau terakhir itu sudah membuat
kepercayaan ku padanya hilang. Air mata untuk menangisinya takkan pernah keluar
lagi. Cinta ku tak seindah anak-anak remaja lainnya. Cintaku hanya membuat ku
sakit. Aku muak dengan cinta.
Dua bulan berikutnya ku dengan kabar mengejutkan.
Cintanya bertepuk sebelah tangan. Wanita yang ia cintai bersatu dengan orang
lain. Dia mendapat balasannya, kita impas!.