Perihal Cinta

By loker aufit - February 22, 2017

Sebelum mentari pagi menampakan sinar kesuciannya. Sebelum embun-embun pagi menghilang dari pucuk dedaunan. Sebelum semua benar-benar menghilang. Dalam penjara yang sunyi, kegelapan selalu menemani setiap perjalan kita. Kita, kamu dan aku. Ketika semua cahaya beradu-padu membentuk pola indah. Dalam keindahan setiap sudut cahayanya tersimpan banyak hal menarik. Mereka bersatu membentuk keindahan. Membuat mata siapa saja yang melihat pasti akan terpukau oleh keindahannya. Itulah yang tak ku temukan pada diri kita. Ketika cinta mampu membius dua sejoli, merangkai bunga-bunga cinta yang siap bermekaran. Tinggal menunggu waktu sampai bunga-bunga itu siap disemai. Semerbak bau keindahannya membawa kita pada arti cinta remaja sesungguhnya.
Cinta akan terus tumbuh pada hati siswa siswi SMA yang memasuki masa balighnya. Cinta yang sesungguhnya menjadi penyemangat mereka. Makhluk di dunia memerlukan oksigen untuk bernafas. Begitu juga dengan anak-anak remaja. Cinta adalah penyembuh mereka dari hiruk-pikuk kesibukan tugas yang selalu ada. Kami pernah punya cinta, cinta kami sangat indah. Bagai lokomotif uap yang berjalan di sepanjang rel dengan jurang dalam di bawahnya. Kami membangun cinta dengan kehati-hatian. Terus menerus cinta itu dipupuk dengan permasalahan. Kami terus kuat karena masalah, kami bisa memperbaiki kesalahan itu hingga cinta kami semakin kuat.
Sayang beribu sayang badai besar membuat lokomotif uap itu goyah. Cinta kuat itu perlahan memudar dan terus-menerus memudar. Keadaan itu membuat semua jadi terdesak. Lokomotif kami tertahan di tengah-tengah jalan.
Aku sudah lama mencium bau perselingkuhan. Diam ku ternyata malah membuat semua semakin buruk. Beberapa kali ku temukan dia dengan teman wanitanya. Berdua,bercanda, terlihat bahagia. Kepercayaan yang membuatku kuat. Dia tidak  akan meninggalkan ku. Setiap hari hatiku digores pisau tajam. Dalam pantulan cermin, ku lihat hatiku sudah luka parah. Darah bercampur kebencian itu jelas terlihat. Aku tidak tahan lagi.
Rel yang menopang lokomotif kami ambruk. Segala yang ada di atas jatuh bebas menuju jurang. Aku membuat keputusan yang justru membuat semua bertanya-tanya. Cinta yang telah kami bangun sejak pertama kali memasuki gerbang sekolah hancur sudah. Diatas keputusan marah aku meninggalkan dia. Suasana seakan mencekam saat aku meluapkan semua kekesalanku padanya.
“ Kalau itu memang yang terbaik.. lakukanlah “
Dia menjawab dengan kata santai. Jauh seperti dia yang dulu pertama kali ku temui. Segera aku tersadar, dia bukan orang yang ku harapkan.
Aku mulai membuka lembaran baru untuk siapa saja yang bisa menaklukan hatiku. Sekarang aku menaruh hati pada seseorang, sebut saja namanya Ali. Memang tidak ada hubungan khusus antara aku dan dia. Hanya teman biasa yang bisa sedikit demi sedikit menyebuhkan hatiku yang luka parah. Hatiku disembuhkan olehnya aku kembali seperti aku yang dulu. Aku nikmati setiap hari bersama Ali.
Mungkin selama masih satu sekolah aku tetap tidak akan lepas dari sosok masa lalu ku. Dalam salah satu sudut hati, aku masih menyimpan memory indah dengannya. Semua memory itu tersusun rapi. Kapan pun dimana pun aku bisa mengingat kembali memory itu.  Ketika dia memberiku setetes harapan untuk kembali. Hatiku goyah lagi. Perihal buah simalakama, dituruti salah tidak dituruti salah. Itulah keadaan aku sekarang. Perasaan ku pada Ali memudar, rasa cinta pada sosok lama semakin mekar.
Aku meruskan respon baik antara kami berdua. Mungkin kami jodoh karena memang tidak bisa dipisahkan. Aku kembali menaruh harapan besar padanya. Lewat tatapan mata dan  mimik wajah saat kami berdua berpapasan di mana pun bertemu. Aku merasakan energi cinta yang kuat. Energi yang masuk hingga ujung-ujung saraf sensorik. Tuhan punya skenrio indah bagaimana mempersatukan hati yang sama-sama terluka.
Ketika aku bersiap membuka gerbang baru dan melewatinya kembali bersama dirinya. Sebuah hal mengejutkan menimpaku. Bukan aku orang sebenarnya ia pilih. Sudah sejak awal, bukan aku yang dia inginkan. Aku menyaksikan itu sendiri dengan tubuh bergetar. Kepingan hati ku tidak bisa disatukan lagi.
“ Dia menaruh hati pada Alika, sudah lama sejak MOS.. “
Tutur sahabatku dengan wajah yang serba-salah.
Dan rasaku telah hilang seperti amnesia, tidak bisa mengingat semua tentang dia. Tebasan pisau terakhir itu sudah membuat kepercayaan ku padanya hilang. Air mata untuk menangisinya takkan pernah keluar lagi. Cinta ku tak seindah anak-anak remaja lainnya. Cintaku hanya membuat ku sakit. Aku muak dengan cinta.
Dua bulan berikutnya ku dengan kabar mengejutkan. Cintanya bertepuk sebelah tangan. Wanita yang ia cintai bersatu dengan orang lain. Dia mendapat balasannya, kita impas!.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments