Praktek lapang selalu identik dengan kegiatan outdoor. Salah satu agenda wajib anak-anak MSP yang berkuliah di Fakultas Perikanan dan Kelautan setiap semesternya yaitu LIBURAN!!! Ets, Praktik Lapang ( maksudnya -_- )
BTW,
seperti semester-semester sebelumnya, kami selalu mengunjungi banyak tempat untuk
melaksanakan kegiatan praktek guna menunjang pembelajaran di kampus. (Loh
bukannya anak perikanan mainnya cuma kolam ikan sama mancing?) Sorry, anda salah besar pemirsa. Jadi
sebagai anak perikanan yang merangkap agen traveler tiap semester, kuliah di
Fakultas Perikanan tidak melulu tentang kolam…ikan…kolam ikan… tambak…alat
pancing…abang-abang Balai Perikanan (Eh?)
Itu terlalu simple!
Cakupan
anak perikanan khususnya MSP (Manajemen Sumber Daya Perairan) sangat-sangat
luas. Di prodi kami, kita bakal dikenalkan dengan mata kuliah Planktonologi.
Tahu kan sama Plankton? Musuh Tuan Crab yang sukanya nyuri resep rahasia tapi
gak pernah berhasil. Ehehe. Nah kalo di MSP beda, Plankton itu makhluk berukuran
mikro yang dijadikan parameter biologi untuk menentukan kualitas suatu
perairan. Jeng, jeng. Apalagi tuh kualitas perairan? Nah kalau kualitas
perairan adalah kondisi air di suatu lingkungan yang dapat dilihat dari kandungannya
yaitu unsur-unsur zat, energi, atau senyawa.
Ok
kembali ke topik awal. Praktik Lapang. Sebenarnya praktik lapang udah enggak asing
buat anak-anak perikanan karena udah semacam ritual resmi yang diadakan setiap
tahunnya. Kalau jurusan MSP sih, kita punya 2 cakupan lokasi untuk praktek
lapang. Pertama, untuk semester genap, kita bakal melaksanakan Praktek Lapang
di Perairan Umum semacam sungai, waduk atau rawa (bukan buang aku ke rawa-rawa
ya!) Sedangkan untuk semester ganjil, nah ini nih, ke pesisir coy! PANTAI. Udah
deh siapapun yang dengar kata pantai pasti bawaannya mau nyemplung ke air
sambil nyanyi “karena ku selow…sangat selow…memang selow…santai…santai… kek di
pantai” Ya gitu aja terus sampai dimarahin dosen pembimbing (Ehehe)
Coba
tebak ada berapa banyak pantai di Kalimantan Selatan? Seratus kah? lima puluh
kah? Ya entar lah sama-sama kita cari jawabannya ke Dosen Ilmu Kelautan. Gaje*
Salah
satu trip praktek lapang yang menjadi destinasi wisata terkenal di Kalimantan
Selatan khususnya di Kotabaru, Apa hayo?
Pantai Gedambaan? Bukan. Kotabaru bukan hanya menyajikan keindahan Pantai
Gedambaan. Sangat banyak pantai cantik dan eksotis yang bisa kita temui disana.
Alhamdulillah di semester kali ini kami bisa menikmati keindahan pantai eksotis
di salah satu daerah di Kotabaru yaitu Pantai Teluk Tamiang.
Pantai
Teluk Tamiang. Mungkin udah basi kali ane baru aja ngepost tentang keindahan
pantai ini. Whatever. Ini liburan
versi ane. Bukan versi bloger yang kerjaannya ngetrip menjelajahi Indonesia.
Apaan
tuh pantai? Bukannya itu Fakutas Perikanan dan Kelautan ULM ya? Bentar dong,
jangan ngegas! Jadi ini merupakan ritual wajib sebelum berangkat. Kita harus
foto-foto dulu untuk dokumentasi perjalanan. Sekaligus kenang-kenangan lah
kalau kita dari berbagai angkatan di MSP pernah mengadakan kegiatan praktek
lapang di Teluk Tamiang.
Bamiga,
umbak manampur di sala karang
Umbak
manampur di sala karang
Sebagai
salah satu pulau yang letaknya terpisah dari pulau induk. Kotabaru memiliki
keindahan alam tersendiri khususnya untuk wisata bahari. Gak heran kalau para traveler sering menyebut
pantai-pantai di kotabaru sebagai “Raja Ampatnya Kalsel” atau “Gili
Trawangannya Kalsel” karena memang tidak diragukan keindahan yang disuguhkan
kabupaten ini.
Jujur
waktu bikin tulisan ini ane ngerasakan kerinduan yang endols banget sama
keramahan warga sekitar juga tentunya keindahan Pantai Teluk Tamiang. Seperti
foto di atas, ini merupakan salah satu spot cakep di Pantai Teluk Tamiang.
Deretan bebatuan hitam dan pantai biru, adududu siapa sih yang enggak gatel
pengen bikin insta story dengan caption “Vitamin Sea”. Halah!
Tapi,
karena tujuan awal ke tempat ini untuk menuntut ilmu ya tetep lah kita semua
harus mengikuti arahan dosen untuk melakukan penelitian in situ. Eh, Eh, itu mereka lagi apa? Baiklah biar ane jelaskan,
jadi yang terlihat di foto tersebut adalah kegiatan pengambilan sampel air.
Untuk menentukan kualitas air apakah tercemar atau tidak kita perlu melakukan pengambilan sampel di
lokasi tersebut. Kebetulan teman-teman lagi menentukan tingkat kecerahan air. Itu
apaan ya hitam-putih mirip kaset jadul? Nah untuk alat yang terlihat di gambar,
itu nama Secchi disk, alat untuk
mengetahui transparasi air atau kekeruhan di dalam air (Wikipedia). Jadi kerja Secchi ini untuk mengetahui kecerahan
air sampai mana, dan kebetulan nih ya, perairan Teluk Tamiang itu jernih
banget, sumpah kek di kolam renang. Gak percaya? Datang aja langsung.
Apaan
nih seger banget dilihat? Es kelapa maksudnya. Setelah berpanas-panasan, basah
kuyup plus bawa oleh-oleh kulit tambah eksotis, kami disuguhkan tuan rumah
disini es kelapa muda. Halah di Banjarbaru juga banyak kok! Ets bentar, ini bukan
sembarang es kelapa, es kelapa ini dipetik langsung di sekitar pesisir pantai,
dan rasanya…. Udah deh ane enggak bisa berkata-kata lagi.
M A N T A P ! ! !
Sambil
menunggu es nya selesai di buat, kita temu sapa sama alumni-alumni MSP di sana.
Ternyata MSP ini mirip miniatur Indonesia, kenapa demikian, karena kami dari
bebagai suku, pulau adat istiadat ngumpul jadi satu di program studi MSP. Kalau
udah ngumpul gini lupa deh kalau kamu dari Sukabumi, Anjir Pasar, Balangan,
Kotabaru, Bati-bati dll. Semuanya membaur dalam satu keluarga besar tanpa
mempermasalahkan perbedaan-perbedaan yang ada.
Next,
kita punya waktu 3 hari buat seru-seruan di Pantai Teluk Tamiang. Kali ini kami
sedang melakukan pengambilan data di kampung nelayan. Sorry ya fotonya agak amburadul, maklum sudah terlalu eksotis kulit
ini, jadinya enggak pede liat kamera. Nah, hari selanjutnya kami melakukan
pengambilan data untuk mata kuliah Hidroklimatoroligi. Eh kok bahasanya kek
BMKG ya? Yap, beberapa mata kuliah kami memang mengadopsi tentang ilmu alam. Contohnya
curah hujan dan pasang surut air laut (bukan pasang surut cintaku padamu loh!)
Kami
melakukan pengambilan data tentang kecepatan angin di lokasi. Mungkin bagi yang belum tahu, kecepatan angin di
kawasan pesisir kelihatannya emang biasanya-biasa aja. Sepoy-sepoy manja. Tapi,
di mata kuliah hidroklimatologi, kita bakal mengenal jenis-jenis angin yang
memungkinkan terjadinya badai di kawasan pesisir. Kemarin sih, Alhamdulillah,
kondisi angin yang kami teliti masih dikisaran 5-8 km/jam atau terasa senjuk
saat mengenai wajah. Jadi aman lah buat kalian yang mau wisata ke sana.
Sepertinya
belum afdol kalau jalan-jalan ke Teluk Tamiang tanpa mengunjungi pulau-pulau
cantik di sekitarnya. Di hari ketiga sebelum back to Banjarbaru city kita semua berkesempatan mengunjungi Pantai
Tanjung kunyit dan melihat terumbu karang. Berhubung kapal yang digunakan
kecil, dan cuma bisa menampung kurang lebih 15 orang, dan akan mengadakan 2 trip sekaligus, terpaksalah
kami harus berpisah dengan beberapa teman yang ingin melihat keindahan bawah
laut di perairan Teluk Tamiang. Jadi di Teluk Tamiang juga ada Terumbu Karang?
Iya dong, malah keindahannya enggak kalah sama di daerah lain. Mau liat? Scrool
aja ke bawah.
Ini
cuma satu dari beberapa foto yang ane dapat dari teman yang nyelam. Berhubung
ane belum jago berenang, akhirnya kami memutuskan untuk berkunjung ke Pantai
Tanjung Kunyit yang keindahannya juga enggak kalah jauh sama Pantai Teluk
Tamiang. Pesisir Tanjung Kunyit terbilang kecil dibandingkan di Teluk Tamiang.
Tapi untuk keindahannya 11 1 lah. Pasirnya putih bersih, ombaknya tenang dan
sepi. Cocok banget buat kalian yang mau relaksasi dari runititas sehari-hari.