Diary Webinar Series #1

By loker aufit - June 18, 2020


      Menyandang predikat sebagai 'Mega Biodiversity' laut dan ekosistem pesisir, Indonesia dinilai mampu  berperan mengurangi emisi karbon global sebesar 17 persen. Seperti yang sudah banyak diketahui, Indonesia merupakan  negara kepulauan dengan wilayah yang didominasi lautan. Luas ekosistem padang lamun Indonesia mencapai 292 ribu hektar (LIPI), sedangkan untuk ekosistem mangrove sebesar 2,5 juta hektar (Fajar, 2020). Besarnya potensi yang dimiliki negeri ini berbanding terbalik dengan pemanfaatan kawasan lahan basah pesisir yang masih dianggap sebagai 'kawasan tidur'.

   Kawasan lahan basah pesisir seperti hutan mangrove, padang lamun dan rawa pasang surut menyimpan cadangan karbon di dalam tanah. Kemampuan penyimpanan ini jauh lebih besar sepuluh kali lipat dibanding kawasan lainnya di muka bumi. Tidak mengherankan Indonesia digadang-gadang menjadi rumah bagi salah satu ekosistem karbon biru terbesar di dunia. Karbon biru merupakan karbon yang diserap dan tersimpan di kawasan pesisir dalam bentuk sedimen. Karbon-karbon tersebut tersimpan selama ribuan tahun dan berfungsi sebagai zat tersuspensi yang mendukung perkembangbiakan biota. Namun, pencapaian Indonesia sebagai salah satu ekosistem karbon biru terbesar di dunia tidak akan terlaksana jika melihat fakta di lapangan dimana kerusakan kawasan pesisir cukup memprihatinkan yang berdampak terhadap kehidupan masyarakat pesisir. Imbas kerusakan lahan tidak serta merta dirasakan masyarakat pesisir yang rentan terhadap perubahan iklim, secara global pun kita akan merasakan dampak dari pendegradasian kawasan pesisir. Contoh nyata yang saat ini dirasakan adalah cuaca yang tidak menentu akibat pergeseran siklus iklim. 

  Sebagai generasi muda yang peduli terhadap kelangsungan perubahan iklim, selayaknya kita bisa saling berbagi informasi mengenai peranan Blue Carbon atau Karbon Biru yang banyak memberikan manfaat bagi seluruh elemen kehidupan di bumi. Lewat Webinar Series yang diselenggarakan oleh Sustainable Ocean Alliance (SOA) bertema "Perubahan Iklim dan Karbon Biru", sedikit-banyak saya akan menjelaskan pemaparan dari pemateri yaitu Dr. Yaya Ihya Ulumuddin M.Si selaku Peneliti Ekologi Vegetasi Laut dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

    Apa itu karbon?

Karbon atau zat arang merupakan unsur kimia yang mempunyai simbol C dan nomor atom 6 pada tabel periodik. Sebagai unsur golongan 14 pada tabel periodik, karbon merupakan unsur non logam dan bervalensi 4 (tetravalen) yang berarti terdapat empat electron yang digunakan untuk membentuk ikatan kovalen.

Warna karbon?

       Karbon berwarna hitam, merupakan hasil pembakaran kayu yang menghasilkan arang.

      Pemanasan global: Dampak Nyata Perubahan Iklim Masa Kini

Meningkatnya suhu muka bumi akibat emisi karbon ke atmosfer yang lebih banyak dibanding pengikatan karbon oleh tumbuhan sehingga konsentrasi karbon di atmosfer meningkat menyebabkan efek pemanasan global yang biasa disebut efek rumah kaca. Pertambahan bentuk karbon CH4 dan N2O di udara menyebabkan suhu udara menjadi meningkat. Peningkatan suhu berdampak terhadap kehidupan di bumi, beberapa contoh diantaranya yaitu;

a.       Mencairnya es di kutub utara dan selatan

b.      Peningkatan muka air laut yang disebabkan oleh mencairnya es di kutub

c.       Perubahan iklim


Dalam siklus kehidupan di bumi, karbon banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh siklus karbon yang biasa kita temui seperti fotosintesis tumbuhan, baik tumbuhan yang tumbuh di darat maupun fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton di laut. Peran hewan dalam siklus karbon juga berperan penting dalam siklus daur ulang karbon, seperti kita ketahui cadangan minyak bumi berasal dari fosil hewan dan tumbuhan selama berjuta-juta tahun lamanya. Semakin banyak cadangan minyak bumi yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan manusia, lambat laun akan habis dikarenakan minyak bumi merupakan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui. Terkait dengan adanya siklus karbon, karbon sendiri memiliki jenis-jenisnya tertentu secara struktur kimia maupun kegunaannya.


1.      🟫Brown Carbon

Merupakan nama lain dari gas rumah kaca. Gas yang berasal dari adsorbsi radiasi yang terperangkap di atmosfir bumi.

2.      ⚫Black Carbon

Partikel yang tersisa dari pembakaran bahan bakar fosil yang tidak hancur seluruhnya (jelaga dan debu), yang memiliki efek terhadap kondisi salju di kutub.

3.     🟩 Green Carbon

Karbon yang terdapat dalam tanaman; contohnya pada batang pohon

4.     🟦 Blue Carbon

Karbon yang dihasilkan oleh mikroorganisme laut ( fitoplankton), setengah karbon yang berada di bumi dihasilkan dari laut. Vegetasi pantai seperti mangrove dan padang lamun memperoleh karbon yang tersimpan dalam sedimen laut lebih tinggi 5-10 kali dibandingkan dengan kawasan hutan hujan.

Blue Carbon (Karbon Biru)
Blue Carbon

Blue carbon atau Karbon Biru merupakan teknologi bersih yang mampu menurunkan konsentrasi karbon dalam upaya mengatasi perubahan iklim. Teknologi ini efektif menekan kadar CO2 untuk menjaga kestabilan konsentrasi karbon di atmosfer bumi. Dikatakan sebagai Karbon Biru karena  karbon yang diserap berada di dalam laut dan ekosistem pesisir.



                    


Indonesia diuntungkan dengan kondisi geografis yang banyak memiliki ekosistem estuaria hampir di seluruh pulau-pulaunya. Keberadaan mangrove, rawa payau dan padang lamun merupakan perangkap karbon alami yang efektif menyerap karbon demi meminimalisir dampak perubahan iklim. Merujuk dari berbagai sumber, mangrove yang merupakan vegetasi khas dari ekosistem estuaria memiliki kemampuan menyimpan karbon tiga kali lebih banyak dibanding hutan di daratan. Sistem kerja penyerapan karbon dapat melalui bagian akar, batang dan daun. Selain memerangkap zat karbon melalui udara, mangrove mempunyai kemampuan lainnya  untuk menyerap hasil pembusukan (dekomposisi) tumbuhan lamun yang terbawa masuk dan terperangkap lewat akar-akarnya.

Mengenal Stok Karbon dan Penyerapan Karbon       

      a.    Stok karbon/ padang lamun                                                                                         




Jumlah atau volume karbon yang terukur di ekosistem mangrove atau padang lamun pada waktu pengukuran, per luas area (ton/hektar).

b. Penyerapan karbon mangrove/ padang lamun


Jumlah volume yang diserap dan terkumpul di ekosistem mangrove per luas area per waktu (ton/hektar/tahun). 

* Pengukuran stok karbon dilakukan untuk melihat kondisi karbon di kawasan mangrove dan padang lamun secara continue dari tahun ke tahun. Pengukuran ini untuk melihat apakah terjadi perubahan pada ekosistem tersebut seperti alih fungsi lahan yang menyebabkan kawasan menjadi rusak. Sedangkan penyerapan karbon merupakan selisih karbon dari tahun ke tahun pengukuran.

Konservasi Blue Carbon


Konservasi kawasan pesisir ditinjau dari berbagai aspek kehidupan memberikan dampak yang besar, khususnya bagi masyarakat. Seperti yang kita ketahui mangrove, padang lamun dan rawa pasang surut memiliki fungsi diantaranya;

a.       Menyokong kehidupan biota

b.      Menyimpan cadangan karbon

c.       Mencegah abrasi

d.    Daya tarik pariwisata pesisir selain pantai dan ekosistem terumbu karang


      Peningkatan kesadaran akan pentingnya konservasi kawasan ekosistem pesisir khususnya mangrove, padang lamun dan rawa payau dapat dimulai melalui hal kecil seperti edukasi kepada masyarakat pesisir untuk menjaga kelestarian lingkungan. Edukasi tidak akan berjalan baik jika tidak melibatkan para stakeholder yang berkompeten dibidangnya khususnya dalam memberikan informasi mengenai pentingnya menjaga mangrove dan padang lamun kepada masyarakat. Cara-cara yang dapat dilakukan dalam upaya melestarikan blue karbon diantaranya;

a.        Meningkatkan literasi

b.      Mengajarkan pentingnya menjaga laut

c.       Mengajarkan pentingnya menjaga lingkungan yang sehat

d.  Kampanye laut sebagai upaya melestarikan keberadaan kawasan mangrove dan padang lamun




Ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Sustainable Ocean Alliance (SOA) Indonesia
2. Bapak Dr. Yaya Ihya Ulumuddin M.Si selaku Peneliti Ekologi Vegetasi Laut 
    dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
3. HIMA MSP FPK ULM
4. Partisipan Webinar SOA seluruh Indonesia

  • Share:

You Might Also Like

0 comments