Hay Si Jenius 6. (Kado Terindah di Umur 17)
By loker aufit - April 09, 2020
Februari kala itu menjadi Februari paling berkesan sepanjang hidup. Teman-teman; kalian adalah orang paling romantis yang pernah kukenal. Kalian rela menyisihkan waktu di tengah kesibukan sepulang sekolah untuk mengonsep kejutan kecil-kecilan. Ini semacam tradisi semasa SMA, siapa yang berulang tahun maka akan mendapat kejutan dari para sahabatnya. Kami pun begitu. Aku, bersama ketiga sahabatku, selalu menjalankan tradisi ini silih berganti.
Hari itu hari sabtu, sabtu yang membahagiakan. Sebenarnya kejutan ulang tahunku sudah terjadi di sekolah. Di lempari air bekas cucian kain pel. Euuuhh, menjengkelkan sekali teman-temanku. Tapi anggap saja semua adalah bentuk cinta. Bentuk kenangan yang mungkin tak akan kembali. Kenangan tentang kekonyolan kami semasa remaja.
Kau pun tahu aku hari itu berulang tahun. Kau mengirimkan ucapan, doa-doa, harapan, semoga dikemudian hari menjadi seseorang yang lebih baik. Ya, tapi aku berharapnya selalu lebih. Malah ingin kamu mengucapkan langsung dengan mulut. Dasar wanita, diberi hati minta jantung. Diberi perhatian lebih malah inginnya di-jatuh-cintai.
Aku pikir kejutan ultahku hanya terjadi di sekolah. Karena teman-teman sudah memberiku kado masing-masing. Ok, segitu saja? Tidaklah, itu hanya awal ternyata, masih ada kejutan lain yang lebih spesial dibanding di sekolah. Kejutan yang membuatku terkejut setengah mati. Apalagi kalau bukan kejutan darimu.
Hari ini....hari yang kau tunggu....bertambah satu tahun usiamu....bahagialah kamu.
Alunan gitar dari pria berbaju hitam mengagetkanku. Tidak kusangka, tidak kusangka kejutan ulang tahun ke 17 ku akan sehebat ini. Kau datang memainkan sebuah lagu, ikut tersenyum senang melihat teman-teman ‘berhasil’ menjalankan rencana mereka. Kau memberikan ucapan selamat ulang tahun, langsung dari mulutmu dengan malu-malu. Pipimu memerah, terlihat sangat jelas karena kulitmu yang putih. Kau, juga, mendapatkan sepotong kue, kue yang langsung di suapkan ke mulut. Haha, mengingat hal ini ingin rasanya aku tertawa terbahak. Kau malu sekali, tapi mau bagaimana lagi, desakan dari teman-teman membuatmu pasrah saja.
Sampai hari ini kenangan ulang tahun ke 17 itu masih terngiang di ingatan. Beruntung ya kita pernah merayakan bersama. Beruntung memiliki teman-teman yang mensuport ‘kita’. Beruntung momen itu sempat kita abadikan, lewat sebuah foto yang sudah kucetak dan tersimpan rapi di album memori. Kadang-kadang aku masih melihatnya, sesekali saja, mengingat bahwa kita pernah sedekat itu dulu. Sekarang kau sudah kubebaskan, sudah kuikhlaskan, mau kemana pun Kae langkahmu, aku sudah berusaha tidak menahanmu. Kelak meski kita tidak ditakdirkan bersama, akan kuceritakan foto indah itu kepada anak-anakku. Akan kubilang; “ Ibu memiliki teman hebat bernama Kaenan, dia cerdas, ramah dan tidak pelit ilmu. Makanya dia disukai banyak orang hingga sesukses sekarang”
Mereka pasti turut bangga mendengarnya. Bahwa dulu ibunya memiliki teman sehebat itu. Teman yang kini menjadi motivasi untuk maju. Teman itu ialah kamu, Kae.
0 comments