Menjelang akhir masa studi, kebanyakan mahasiswa
disibukkan dengan tugas akhir kuliah yaitu “Skripsi”. Well, skripsi selalu
menjadi momok menakutkan bagi mahasiswa tingkat akhir. Entah karena sulitnya menentukan
topik yang akan dibahas, kurang pede karena merasa tidak menguasai materi yang
diajarkan semasa kuliah atau lebih parahnya lagi tiba-tiba stuck disatu momen
karena terkendala bimbingan skripsi dengan dosen.
Bicara soal bimbingan skripsi,
baru aja nih. Baru banget! Yah sekitar enam bulan lalu aku juga pernah ada
diposisi dimana rasanya jenuh untuk melakukan konsultasi dengan pembimbing. Tapi
berbeda dengan bimbingan skripsi sebelumnya, semuanya dilakukan serba online.
Gila sih. Tatap muka langsung dengan dosen saja bisa bikin blank, bagaimana
jika harus menggunakan alternatif kosultasi lewat aplikasi WhatsApp dan email?
Btw, semua dari kita juga tahu angkatan
2020 memang angkatan yang mesti ekstra kuat sabarnya. Di tahun itu semua orang
tanpa terkecuali harus menghadapi pandemi covid-19. Segala hal yang awalnya
berjalan normal, mendadak masing-masing dari kita harus membiasakan diri dengan
perubahan drastis tanpa banyak melakukan persiapan. Pandemi banyak mengajarkan
kita berpikir kreatif agar kehidupan tetap berjalan selaras meski faktanya
virus kian hari semakin mengganas.
Bimbingan—Skripsi—Online
kedengarannya masih asing di telinga mahasiswa. Asing bukan berarti belum
pernah dilakukan. Faktanya ada beberapa perguruan tinggi yang menggunakan
teknik bimbingan online demi memudahkan komunikasi antara dosen dan
mahasiswanya. Khusus untuk kampusku nih, mungkin juga Universitas tempat aku
kuliah sepertinya baru pertama kali melakukan bimbingan skripsi online setelah
adanya efek pandemi yang memaksa civitas academika beraktifitas #dirumahsaja.
Jika membandingkan antara
bimbingan online dan offline pastinya ada plus-minusnya tersendiri. Bimbingan
online membuat kita lebih santai karena tidak perlu membuat janji dengan dosen
untuk meminta jadwal bimbingan. Tapi minusnya, kebanyakan yang melakukan
bimbingan online mesti lebih sabar menunggu balasan dosen karena chat yang
tidak kunjung dibalas. Berdasarkan referensi yang aku dapat dari berbagai
sumber, ada beberapa tips nih buat teman-teman yang masih berjuang
menyelesaikan skripsi disaat pandemi. Dibaca satu-satu yak!
1.
Kenali Tipe Dosen
Sebelum terlibat lebih jauh dengan penulisan skripsi,
ada baiknya kita sebagai mahasiswa harus mengenal dulu ‘sosok’ dosen kita
seperti apa. Kali ini boleh lah kita menggunakan ke-kepo-an kita untuk mencari
informasi seputar bimbingan skripsi dengan dosen yang bersangkutan. Biasanya
sih informasi ini kita peroleh dari kaka tingkat yang sedang atau sudah
melakukan bimbingan skripsi dengan beliau. Lewat informasi dari mereka kita bisa
tahu kalau dosen tersebut termasuk tipe pembimbing aktif atau pasif.
Menurut beberapa sumber yang aku baca terdapat dua metode yang biasa dilakukan dosen saat melakukan bimbingan skripsi, metodenya terbagi dua yaitu direktif dan non direktif. Nah untuk dosen yang menggunakan metode direktif pada saat bimbingan skripsi mereka termasuk ke dalam tipe yang aktif menyampaikan masukan dan saran pada penulisan skripsi. Ciri-cirinya bisa dilihat dari banyaknya coretan di lembar kertas atau note (bimbingan online) yang isinya berupa kritik dan masukan untuk penulisan skripsi. Kalau menurut aku tipe dosen seperti ini adalah tipe dosen idaman, kenapa? Karena kita jadi lebih mudah melakukan revisi berkat masukan-masukan yang beliau diberikan. Mereka juga kebanyakan humble dengan mahasiswanya, sehingga kita tidak segan untuk menyampaikan sanggahan atau tanggapan dari isi skripsi kita.
Beda lagi dengan tipe dosen pasif yang menggunakan metode bimbingan non direktif. Menurut aku sih, dosen non direktif lebih kaku pada saat melakukan bimbingan skripsi. Sebenarnya nggak kaku juga. Mereka lebih mengharapkan mahasiswanya menggunakan daya analisis mereka ‘secara mandiri’ pada saat penulisan skripsi. Contohnya nih mereka biasa memberikan rumus atau jurnal yang harus diaplikasikan ke dalam penelitian tanpa menjelaskan dimana dan bagaimana cara pengaplikasiannya. Khusus untuk bimbingan online, tipe yang bisa dikenali dari dosen dengan metode non direktif dan tipe pasif yakni membalas chat secara singkat, padat dan jelas. Contohnya begini, “lanjutkan” “Perbaiki pembahasan” “tambah literatur jurnal” Pasti kesal ya udah lama menunggu hasil revisi sekali dapat balasan eh cuma satu kata. Haha. Sama, aku juga pernah!
2.
Konsul Di Waktu yang Tepat
Konsultasi online memang membuat kita lebih leluasa
menghubungi dosen kapan saja. Eh, tunggu dulu, jangan sementang dipermudah
konsul dengan aplikasi seperti WhatApp atau email membuat kita jadi seenaknya
menghubungi dosen. Sewajarnya kita tetap harus bertata karma ketika menghubungi
dosen. Lebih baik menghungi dosen di jam kerja misalnya pukul 08.00 pagi atau ketika
waktu senggang yakni pukul 19.00 malam. Berdasarkan pengalaman konsultasi
online dulu, biasanya aku menghubungi dosen saat pagi hari. Yaa sekitar pukul
06.00 atau 08.00 pagi, karena di waktu itu belum banyak aktifitas yang
dilakukan oleh si dosen sehingga besar kemungkinan skripsi yang kita kirimkan
ke beliau dibalas saat itu juga.
3.
Selektif Memilih Kata
Sumber : https://www.dreamstime.com/
Pandemi Covid-19 mengharuskan kita menggunakan komunikasi jarak jauh ketika melakukan bimbingan skripsi. Salah satu cara yang bisa dilakukan yakni berkonsultasi lewat aplikasi WhatApp atau Email. Meskipun kelihatannya sepele nyatanya banyak mahasiswa yang merasa tidak pede menggunakan metode satu ini. Jujur nih, lagi-lagi berdasarkan pengalaman pribadi, memilih kata yang pantas pada saat melakukan bimbingan skripsi online memang sedikit rumit. Karena sebagai mahasiswa, kita tahu betul ada begitu banyak tipe dosen yang ditemui di kampus. Belum lagi karakter masing-masing mereka.
Untuk itu aku bakal berbagi tips dalam memilih kata pada saat melakukan bimbingan skripsi online. Pertama, perkenalkan diri dengan nama lengkap dan jelaskan kalau kalian adalah mahasiswa bimbingan beliau. Kedua, utarakan maksud dan tujuan kalian menghubungi dosen tersebut. Kalau tujuan kalian untuk menyerahkan hasil revisi, kalian bisa langsung mengatakan hal tersebut pada kolom chat. Ketiga, usahan efisien memilih kata-kata karena ada beberapa dosen yang tidak menyukai perkataan mahasiswan yang terlalu berbelit. Istilahnya kita mesti to-the-point menyampaikan maksud dan tujuan pada saat menghubungi dosen tersebut. Keempat, ada baiknya tidak perlu menggunakan emoticon karena kita tahu sendiri sedang bicara dengan siapa. Keempat, saran terakhir nih, jangan lupa mengucapkan terimakasih ketika dosen menyampaikan balasan, itu sih biar kelihatannya kalian responsif aja sebagai mahasiswa, jangan cuma di read doang ya!
4.
Berdoa
Sumber : Pinterest
Ini sih tidak kalah penting dari ketiga poin diatas, tentunya kerja keras kita tidak akan berhasil tanpa restu dari-Nya. Meskipun proses penulisan skripsi dilakukan secara online, tidak berarti kita lupa meminta pertolongan dari Allah. Berdoa bisa kita dilakukan di awal proses penulisan skripsi, misalnya nih pas lagi ngetik bahan di laptop, nyari referensi di internet bahkan ketika menghubungi dosen. Berdoa membuat kita lebih pede mengerjakan skripsi dan yang terpenting semua itu harus dilakukan dengan bersungguh-sungguh. Ets jangan lupa untuk meminta doa restu ke orang tua karena doa orang tua InsyaAllah mujarab mengantarkan kita menuju kesuksesan, setuju gak?
Mau online ataupun offline bimbingan skripsi pasti memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Segala hal yang kita dilakukan dalam prosesnya adalah
bekal berharga untuk masa depan kita. Percaya deh masa-masa menyulitkan skripsi
pasti akan berlalu, dan pastinya, kita akan merindukan pengalaman berharga
pada saat menyelesaikan skripsi. Semangat terus untuk teman-teman yang masih berjuang
dengan skripsinya. Kalian pasti bisa!