“Di negeri ini dunia nampak sempit. Di negeri ini
beragam cara salah dapat dihalalkan. Di negeri ini uang bermain peran dalam
perputaran zaman. Di negeri ini hingar-bingar kehidupan kadang membuat kita
lupa apa sesungguhnya hakikat hidup di dunia.”
Sejenak rutinitas melelahkan, membosankan, membuat
kantuk memang perlu mendapat penawarnya. Sebut namanya Rais. Pria bertubuh
tinggi. Tegap. Kulitnya sawo matang, bersih. Bermata sipit hitam kecoklatan. Ia
memandang arloji kulit ditangan kiri, pukul 19.02 WITA. Baru lewat beberapa
menit sang surya kembali ke peraduan. Belum terlalu malam menikmati
“hingar-bingar” kehidupan perkotaan.
Bermodal motor
matic keluaran tahun 2008-an, dengan gaya selangit Rais membawa motor menyusuri
jalan kota yang padat dengan pengandara motor seperti dirinya. Ini malam
minggu, malam bagi muda-mudi mengekspresikan cintanya. Bagi pasangan berdompet
tebal. Cafe, distro, pusat perbelanjaan, bioskop adalah tempat yang pas untuk
bermalam minggu. Namun sebaliknya, pasangan yang biasa-biasa saja. Jauh dari
kesan mewah menjalin hubungan asmara lebih banyak menghabiskan waktu di
trotoar-trotoar jalan yang disulap menjadi puluhan tenda penjaja penganan murah
meriah. Ronde, sate kambing, lalapan, aneka gorengan, jus dan banyak lagi.
Mata sipit Rais
tak berkedip melihat puluhan cafe serta restoran cepat saji penuh dengan
pasangan muda-mudi di dalamnya. Ada tawa tersungging dibibir Rais. Orang-orang
itu, apa mereka sadar menghambur-hamburkan uang hanya untuk memuaskan keinginan
semata?. Belum sempat semua tanyanya terjawab, guyuran hujan lebat memaksa Rais
sesegera mungkin mencari tempat untuk berteduh.
Ia berhenti
disalah satu tempat. Bukan cafe ataupun restoran cepat saji penuh muda mudi
tadi. Ia berada persis di depan coffee shop yang terlihat aneh? Terlihat tidak
biasa dan sepi. Ragu-ragu Rais tetap memaksakan diri masuk ke dalam coffee shop
tersebut. Tidak banyak orang yang berada didalam, hanya dua orang. Bukan
muda-mudi yang tengah menikmati malam minggunya. Hanya orang-orang kantoran
yang ingin “beristirahat” sejenak sambil menikmati secangkir kopi disini.
“ Mas..”
Suara serak khas
pria membuat Rais sedikit terperanjat. Ia menoleh cepat dengan ekspresi wajah
terkejut dan bingung.
“ Maaf kalau
saya mengagetkan.. mari duduk dulu mas sambil menunggu hujannya reda” Tawar
pria didepannya.
“ Oh, iya..”
Balas Rais.
Ia duduk disalah
satu kursi. Tempat ini cukup nyaman dan berbeda dari coffee shop yang
sebelumnya pernah ia datangi. Jika kebanyakan coffee shop menggunakan pallet kayu sebagai interiornya, coffee
shop ini justru menggunakan jenis batu
koral sikat sebagai pengganti pallet kayu untuk bagian dinding. Disini juga
terdapat kolam ikan koi dan bunga-bunga anggrek yang menggantung disekitar
ruang utama coffee shop. Yang menggelitik pemirian Rais selain melihat interior
yang berbeda,ia pun bertanya-tanya mengapa di dalam ruangan ini si pemilik
coffee shop membuat kolam penuh ikan koi? Bukannya keberadaan kolam justru
mempersempit ruangan?.
Rais mendekati
barista yang tengah asyik dengan mesin pembuat kopi. Ia berdehem kecil sambil
mengamati ulah barista.
“ Hmm mas.. saya
boleh bertanya sesuatu.
Barista itu
terdiam. Ia tersenyum ramah pada Rais. “ Boleh.. Sebelumnya apa anda mau minum
kopi dulu? Pembicaraan tidak berjalan pas jika tidak ditemani dengan secangkir
kopi”
Rais mengangguk kecil seraya menjentik jari “
Ristretto!”
Barista itu
nampak sibuk menakar bubuk kopi untuk komposisi ristretto pesanan Rais.
Tangannya cekatan menyiapkan secangkir kopi untuk seorang pria basah kuyup yang
memandangi ulahnya tanpa berkedip. Ristretto hangat, terlihat mewah dan
beraroma semerbak siap disajikan.
“ Ristretto!”
Ucap barista itu seraya memperlihatkan kopi pada Rais.
“ Wah.. Amazing”
Ucap Rais sambil menggelengkan kepala keheranan.
Kini Ristretto
telah tersaji diatas meja, si barista itu juga ikut bergabung bersama Rais.
Demi memuaskan hasrat pelanggannya mengenai coffee shop ini, barista itu dengan
senang hati meluangkan waktu menjawab pertanyaan dari Rais.
“ Banyak sekali
orang yang bertanya tentang tempat ini. Mereka bilang tempat kami berbeda.
Unik. Khas. Lain dari yang lain. Orang-orang itu pasti kembali hanya sekedar untuk
mencicipi secangkir kopi disini” Cerita barista itu. Sebut saja namanya Mothi.
“ Yaa.. tempat
ini memang berbeda sekali dengan kebanyakan coffee shop. Ada kesan tersendiri
ketika berada disini. Dinding batu, ikan koi, bungga-bungga anggrek dan kopi
ini”
“ Coffee shop
ini sengaja dibuat dengan bentuk berbeda. Saya memang senang memadukan banyak
hal. Seperti dinding batu dan anggrek. Mereka memiliki filosofi tersendiri”
Rais
mengkerutkan kening.
“ Coba kamu
lihat, dinding batu ini terlihat kokoh meskipun hanya berupa batuan kecil yang
saling digabungkan. Sama halnya diri kita, dari beragam hal yang bisa kita
lakukan. Baik ataupun buruk. Setiap yang kita lakukan dalam hidup akan tertanam
dalam diri. Kita akan hancur ketika lebih banyak hal buruk yang tertanam.
Namun, saat diri kita lebih banyak menanamkan hal baik maka kesuksesanlah yang
akan datang”
“ Itu terdengar
masuk akal.. Hmm lalu anggrek? Apa hubungannya?”
Mothi tertawa
kecil. “ Kamu ini banyak tanya ya… begini, anggrek adalah tumbuhan yang
memerlukan waktu lama hingga mahkota bunganya dapat terlihat. Sederhananya, kehidupan
memerlukan suatu proses panjang dengan beragam tempaan. Baik, buruk, senang,
sedih hingga ia mencapai tujuannya yaitu keberhasilan lewat perjuangan yang
telah banyak dilakukan”
Sementara di
luar, hujan masih setia mengguyur jalanan perkotaan. Muda-mudi di caffe
seberang juga masih setia duduk berlama-lama
menikmati guyuran hujan dari balik kaca caffe. Rais meraih cangkir kopi
dihadapan, menyeruputnya pelan sambil merasakan sensasi aroma kopi yang menyeruak.
“ Kalau boleh tahu,
bagaimana kamu bisa sampai ke tempat ini?” Tanya Mothi.
“ Yaa.. aku
hanya menelusuri jalan disekitar sini, tiba-tiba hujan turun. Lantas aku pun
mencari tempat berteduh, aku pikir tempat ini semacam motel atau penginapan
kecil”
Mothi
mengangguk-anggukan kepala.
“Oh ya.. kamu
belum menjelaskan tentang anggrek dan ikan koi di ruangan ini”Mothi membenarkan
posisi duduk. Ia memandang anggrek di dekat mereka. Salah satu spesies anggrek
dengan nama ilmiah Paraphalaenopsis serpentilingua. Anggrek dengan kuntum bunga
berwarna putih dan memiliki semburat orange dibagian tengahnya.Sebut saja
namanya anggrek bulan dari kalimantan barat.
“
Anggrek-anggrek disini sengaja diletakkan di dalam ruangan untuk memperlengkap tampilan
dari dinding batu. Disini ada begitu banyak ragam jenis anggrek.Dari anggrek
bulan, anggrek kelip, anggrek jingga, anggrek sendok, anggrek karawai. Semua
memiliki makna yang sangat indah. Makna berupa rasa cinta, kemewahan juga
keindahan yang sudah terkenal beratus-ratus tahun sejak zaman Yunani.
Rais
menganggukan kepala. Nampak, hujan di luar sudah mereda. Jalanan yang sempat
lengang kembali berangsur ramai. Lalu lalang kendaraan bermotor mulai kembali memadati
jalanan kota. Muda-mudi yang duduk di caffe pun satu persatu mulai beranjak
pergi. Malam minggu kembali bersemarak lagi.
“ Tadi kamu
bertanya tentang ikan koi, bukan? Baiklah aku akan ceritakan sedikit mengapa di
tempat ini ada beberapa kolam kecil berisi ikan-ikan koi. Pasti kamu tidak pernah
menemukan caffee shop dengan ikan koi, batu alam, dan anggrek-anggrek yang
menghiasi ruangannya. Nahh.. ikan koi ini adalah pelengkap dari semua ornamen
yang sudah dirancang apik untuk caffee shop ini.Ikan koi kental dengan aura
ketimuran selain itu juga memiliki makna-makna indah seperti
kekayaan,kesejahteraan, kesuksesan, romansa.Orang-orang Cina mempercayai kalau
koi memiliki feng shui. Kebetulan
saya berasal dari keturunan cina. Untuk melestarikan ikan koi saya harus
memelihara sebagian kecil koi yang bisa saya dapatkan” Jelas Mothi
Pukul 20.05
WITA. Jalan benar-benar kembali ramai oleh pengguna kendaraan baik roda dua
maupun roda empat. Rais melirik arlojinya.
“ Hmm..
sepertinya aku harus segera pergi” Ucap Rais
“ Oh.. sudah mau
pulang ya, tidak terasa percakapan kita berlalu sangat cepat”
“ Iya.. aku beruntung
baru saja bertemu orang hebat hari ini. Orang yang kembali membuatku beragairah
menikmati kehidupan” Kata Rais sambil tersenyum.
Rais meletakkan
bill pembayaran diatas meja. Ia pun pamit pada barista yang sudah menemaninya
itu. Beberapa langkah dari caffee shop barista itu memanggil Rais.
“ Hei aku belum
tahu namamu”
“ Benar juga.
Kenalkan, aku Rais..”
Mothi meraih
tangan Rais. “ Mothi.. Mothi Mahendra”
“ Terimakasih
sudah memberiku banyak pelajaran” Kata Rais.
“ Ohh aku nyaris
terlupa satu hal. Kopi yang kamu minum tadi, dia juga memiliki filosofi.
Maknanya ialah Terbatas, meskipun kopi yang kamu minum memiliki makna yang
kurang bagus dari makna kopi-kopi lain. Tapi dalam kehidupan kita memang perlu
membatasi diri dari beragam hal yang ada. Nafsu, pikiran jahat, kemunafikan,
hasrat berlebih. Kita harus bisa menyeimbangkan diri dari semua hal yang aku
sebutkan. Contohnya negeri ini. Di negeri ini dunia nampak sempit. Di negeri
ini beragam cara salah dapat dihalalkan. Di negeri ini uang bermain peran dalam
perputaran zaman. Di negeri ini hingar-bingar kehidupan kadang membuat kita
lupa apa sesungguhnya hakikat hidup di dunia.Dan di negeri ini batasan-batasan
diri dilanggar hanya untuk mencapai keinginan belaka”
Rais terdiam
mendengar perkataan Mothi.
“ Ahh..
sudahlah, jangan tegang. Aku tidak bermaksud menceramahimu” Mothi tertawa
manis.
Rais tersenyum
tipis. “ Lagi-lagi anda membuat saya takjub dengan semua perkataan itu”
Malam kian
larut, tapi keramaian kota tak sedikit pun surut. Muda-mudi kian bertambah
banyak di cafe, distro, pusat perbelanjaan dan tempat nongkrong lain. Rais
mengendarai motornya menuju rumah. Setumpuk laporan, karya tulis, tugas-tugas
siap menyambutnya untuk diselesaikan.
“ Sekarang aku
tahu kenapa orang-orang itu kembali ke coffe shop itu lagi. Untuk menikmati
filosofi dari setiap jengkal coffe shop unik dan penuh makna itu”