EMPAT FILOSOFI

By loker aufit - October 31, 2016


“Di negeri ini dunia nampak sempit. Di negeri ini beragam cara salah dapat dihalalkan. Di negeri ini uang bermain peran dalam perputaran zaman. Di negeri ini hingar-bingar kehidupan kadang membuat kita lupa apa sesungguhnya hakikat hidup di dunia.”

Sejenak rutinitas melelahkan, membosankan, membuat kantuk memang perlu mendapat penawarnya. Sebut namanya Rais. Pria bertubuh tinggi. Tegap. Kulitnya sawo matang, bersih. Bermata sipit hitam kecoklatan. Ia memandang arloji kulit ditangan kiri, pukul 19.02 WITA. Baru lewat beberapa menit sang surya kembali ke peraduan. Belum terlalu malam menikmati “hingar-bingar” kehidupan perkotaan.
Bermodal motor matic keluaran tahun 2008-an, dengan gaya selangit Rais membawa motor menyusuri jalan kota yang padat dengan pengandara motor seperti dirinya. Ini malam minggu, malam bagi muda-mudi mengekspresikan cintanya. Bagi pasangan berdompet tebal. Cafe, distro, pusat perbelanjaan, bioskop adalah tempat yang pas untuk bermalam minggu. Namun sebaliknya, pasangan yang biasa-biasa saja. Jauh dari kesan mewah menjalin hubungan asmara lebih banyak menghabiskan waktu di trotoar-trotoar jalan yang disulap menjadi puluhan tenda penjaja penganan murah meriah. Ronde, sate kambing, lalapan, aneka gorengan, jus dan banyak lagi.
Mata sipit Rais tak berkedip melihat puluhan cafe serta restoran cepat saji penuh dengan pasangan muda-mudi di dalamnya. Ada tawa tersungging dibibir Rais. Orang-orang itu, apa mereka sadar menghambur-hamburkan uang hanya untuk memuaskan keinginan semata?. Belum sempat semua tanyanya terjawab, guyuran hujan lebat memaksa Rais sesegera mungkin mencari tempat untuk berteduh.
Ia berhenti disalah satu tempat. Bukan cafe ataupun restoran cepat saji penuh muda mudi tadi. Ia berada persis di depan coffee shop yang terlihat aneh? Terlihat tidak biasa dan sepi. Ragu-ragu Rais tetap memaksakan diri masuk ke dalam coffee shop tersebut. Tidak banyak orang yang berada didalam, hanya dua orang. Bukan muda-mudi yang tengah menikmati malam minggunya. Hanya orang-orang kantoran yang ingin “beristirahat” sejenak sambil menikmati secangkir kopi disini.
“ Mas..”
Suara serak khas pria membuat Rais sedikit terperanjat. Ia menoleh cepat dengan ekspresi wajah terkejut dan bingung.
“ Maaf kalau saya mengagetkan.. mari duduk dulu mas sambil menunggu hujannya reda” Tawar pria didepannya.
“ Oh, iya..” Balas Rais.
Ia duduk disalah satu kursi. Tempat ini cukup nyaman dan berbeda dari coffee shop yang sebelumnya pernah ia datangi. Jika kebanyakan coffee shop menggunakan pallet kayu sebagai interiornya, coffee shop ini justru menggunakan jenis batu koral sikat sebagai pengganti pallet kayu untuk bagian dinding. Disini juga terdapat kolam ikan koi dan bunga-bunga anggrek yang menggantung disekitar ruang utama coffee shop. Yang menggelitik pemirian Rais selain melihat interior yang berbeda,ia pun bertanya-tanya mengapa di dalam ruangan ini si pemilik coffee shop membuat kolam penuh ikan koi? Bukannya keberadaan kolam justru mempersempit ruangan?.
Rais mendekati barista yang tengah asyik dengan mesin pembuat kopi. Ia berdehem kecil sambil mengamati ulah barista.
“ Hmm mas.. saya boleh bertanya sesuatu.
Barista itu terdiam. Ia tersenyum ramah pada Rais. “ Boleh.. Sebelumnya apa anda mau minum kopi dulu? Pembicaraan tidak berjalan pas jika tidak ditemani dengan secangkir kopi”
Rais mengangguk kecil seraya menjentik jari “ Ristretto!”
Barista itu nampak sibuk menakar bubuk kopi untuk komposisi ristretto pesanan Rais. Tangannya cekatan menyiapkan secangkir kopi untuk seorang pria basah kuyup yang memandangi ulahnya tanpa berkedip. Ristretto hangat, terlihat mewah dan beraroma semerbak siap disajikan.
“ Ristretto!” Ucap barista itu seraya memperlihatkan kopi pada Rais.
“ Wah.. Amazing” Ucap Rais sambil menggelengkan kepala keheranan.
Kini Ristretto telah tersaji diatas meja, si barista itu juga ikut bergabung bersama Rais. Demi memuaskan hasrat pelanggannya mengenai coffee shop ini, barista itu dengan senang hati meluangkan waktu menjawab pertanyaan dari Rais.
“ Banyak sekali orang yang bertanya tentang tempat ini. Mereka bilang tempat kami berbeda. Unik. Khas. Lain dari yang lain. Orang-orang itu pasti kembali hanya sekedar untuk mencicipi secangkir kopi disini” Cerita barista itu. Sebut saja namanya Mothi.
“ Yaa.. tempat ini memang berbeda sekali dengan kebanyakan coffee shop. Ada kesan tersendiri ketika berada disini. Dinding batu, ikan koi, bungga-bungga anggrek dan kopi ini”
“ Coffee shop ini sengaja dibuat dengan bentuk berbeda. Saya memang senang memadukan banyak hal. Seperti dinding batu dan anggrek. Mereka memiliki filosofi tersendiri”
Rais mengkerutkan kening.
“ Coba kamu lihat, dinding batu ini terlihat kokoh meskipun hanya berupa batuan kecil yang saling digabungkan. Sama halnya diri kita, dari beragam hal yang bisa kita lakukan. Baik ataupun buruk. Setiap yang kita lakukan dalam hidup akan tertanam dalam diri. Kita akan hancur ketika lebih banyak hal buruk yang tertanam. Namun, saat diri kita lebih banyak menanamkan hal baik maka kesuksesanlah yang akan datang”
“ Itu terdengar masuk akal.. Hmm lalu anggrek? Apa hubungannya?”
Mothi tertawa kecil. “ Kamu ini banyak tanya ya… begini, anggrek adalah tumbuhan yang memerlukan waktu lama hingga mahkota bunganya dapat terlihat. Sederhananya, kehidupan memerlukan suatu proses panjang dengan beragam tempaan. Baik, buruk, senang, sedih hingga ia mencapai tujuannya yaitu keberhasilan lewat perjuangan yang telah banyak dilakukan”
Sementara di luar, hujan masih setia mengguyur jalanan perkotaan. Muda-mudi di caffe seberang juga masih setia duduk berlama-lama  menikmati guyuran hujan dari balik kaca caffe. Rais meraih cangkir kopi dihadapan, menyeruputnya pelan sambil merasakan sensasi aroma kopi yang menyeruak.
“ Kalau boleh tahu, bagaimana kamu bisa sampai ke tempat ini?” Tanya Mothi.
“ Yaa.. aku hanya menelusuri jalan disekitar sini, tiba-tiba hujan turun. Lantas aku pun mencari tempat berteduh, aku pikir tempat ini semacam motel atau penginapan kecil”
Mothi mengangguk-anggukan kepala.
“Oh ya.. kamu belum menjelaskan tentang anggrek dan ikan koi di ruangan ini”Mothi membenarkan posisi duduk. Ia memandang anggrek di dekat mereka. Salah satu spesies anggrek dengan nama ilmiah  Paraphalaenopsis serpentilingua. Anggrek dengan kuntum bunga berwarna putih dan memiliki semburat orange dibagian tengahnya.Sebut saja namanya anggrek bulan dari kalimantan barat.
“ Anggrek-anggrek disini sengaja diletakkan di dalam ruangan untuk memperlengkap tampilan dari dinding batu. Disini ada begitu banyak ragam jenis anggrek.Dari anggrek bulan, anggrek kelip, anggrek jingga, anggrek sendok, anggrek karawai. Semua memiliki makna yang sangat indah. Makna berupa rasa cinta, kemewahan juga keindahan yang sudah terkenal beratus-ratus tahun sejak zaman Yunani.
Rais menganggukan kepala. Nampak, hujan di luar sudah mereda. Jalanan yang sempat lengang kembali berangsur ramai. Lalu lalang kendaraan bermotor mulai kembali memadati jalanan kota. Muda-mudi yang duduk di caffe pun satu persatu mulai beranjak pergi. Malam minggu kembali bersemarak lagi.
“ Tadi kamu bertanya tentang ikan koi, bukan? Baiklah aku akan ceritakan sedikit mengapa di tempat ini ada beberapa kolam kecil berisi ikan-ikan koi. Pasti kamu tidak pernah menemukan caffee shop dengan ikan koi, batu alam, dan anggrek-anggrek yang menghiasi ruangannya. Nahh.. ikan koi ini adalah pelengkap dari semua ornamen yang sudah dirancang apik untuk caffee shop ini.Ikan koi kental dengan aura ketimuran selain itu juga memiliki makna-makna indah seperti kekayaan,kesejahteraan, kesuksesan, romansa.Orang-orang Cina mempercayai kalau koi memiliki feng shui. Kebetulan saya berasal dari keturunan cina. Untuk melestarikan ikan koi saya harus memelihara sebagian kecil koi yang bisa saya dapatkan” Jelas Mothi
Pukul 20.05 WITA. Jalan benar-benar kembali ramai oleh pengguna kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Rais melirik arlojinya.
“ Hmm.. sepertinya aku harus segera pergi” Ucap Rais
“ Oh.. sudah mau pulang ya, tidak terasa percakapan kita berlalu sangat cepat”
“ Iya.. aku beruntung baru saja bertemu orang hebat hari ini. Orang yang kembali membuatku beragairah menikmati kehidupan” Kata Rais sambil tersenyum.
Rais meletakkan bill pembayaran diatas meja. Ia pun pamit pada barista yang sudah menemaninya itu. Beberapa langkah dari caffee shop barista itu memanggil Rais.
“ Hei aku belum tahu namamu”
“ Benar juga. Kenalkan, aku Rais..”
Mothi meraih tangan Rais. “ Mothi.. Mothi Mahendra”
“ Terimakasih sudah memberiku banyak pelajaran” Kata Rais.
“ Ohh aku nyaris terlupa satu hal. Kopi yang kamu minum tadi, dia juga memiliki filosofi. Maknanya ialah Terbatas, meskipun kopi yang kamu minum memiliki makna yang kurang bagus dari makna kopi-kopi lain. Tapi dalam kehidupan kita memang perlu membatasi diri dari beragam hal yang ada. Nafsu, pikiran jahat, kemunafikan, hasrat berlebih. Kita harus bisa menyeimbangkan diri dari semua hal yang aku sebutkan. Contohnya negeri ini. Di negeri ini dunia nampak sempit. Di negeri ini beragam cara salah dapat dihalalkan. Di negeri ini uang bermain peran dalam perputaran zaman. Di negeri ini hingar-bingar kehidupan kadang membuat kita lupa apa sesungguhnya hakikat hidup di dunia.Dan di negeri ini batasan-batasan diri dilanggar hanya untuk mencapai keinginan belaka”
Rais terdiam mendengar perkataan Mothi.
“ Ahh.. sudahlah, jangan tegang. Aku tidak bermaksud menceramahimu” Mothi tertawa manis.
Rais tersenyum tipis. “ Lagi-lagi anda membuat saya takjub dengan semua perkataan itu”
Malam kian larut, tapi keramaian kota tak sedikit pun surut. Muda-mudi kian bertambah banyak di cafe, distro, pusat perbelanjaan dan tempat nongkrong lain. Rais mengendarai motornya menuju rumah. Setumpuk laporan, karya tulis, tugas-tugas siap menyambutnya untuk diselesaikan.

“ Sekarang aku tahu kenapa orang-orang itu kembali ke coffe shop itu lagi. Untuk menikmati filosofi dari setiap jengkal coffe shop unik dan penuh makna itu”

  • Share:

You Might Also Like

0 comments