Satu Kesempatan (Part 8)
By loker aufit - October 11, 2016
Tidak seperti biasa, sore ini supermarket tempat biasa aku berbelanja
nampak sesak oleh pengunjung. Rupanya pihak pengelola supermarket tengah
memberikan diskon besar-besaran untuk baju dan sepatu import dari luar negeri.
Beberapa ibu-ibu nampak heboh berebut baju, suara mereka terdengar sampai stand
sayur-mayur tempat aku dan mama berbelanja.
“ Udah cukup beli sayurnya?” Tanya mama
“ Ini masih sedikit ma. Jora harus beli yang lain lagi. Sawi, kacang
panjang, kacang polong, wortel, seledri, tomat..”
Mama menyela perkataanku “ Ya sudah buruan ambil”
Kereta belanja kembali di dorong menuju stan bumbu dapur. Aku mengambil
semua keperluan dapur yang benar-benar ku perlukan. Sedang mama hanya diam di
sampingku dan beberapa kali membantu mengambilkan barang-barang yang ku
butuhkan. Setelah semua cukup aku mengajak mama ke kasir. Di sana aku bertemu
dengan Bintang yang juga tengah mengantri. Belanjaannya tidak banyak, hanya
beberapa kotak susu dan sebungkus roti tawar.
“ Wah banyak amat susunya” Candaku
Bintang yang berada di depan langsung menoleh ke belakang.
“ Eh Jora” Sahutnya
“ Siapa?” Tanya mama yang ikut mengantri di sebelahku
“ Ini Bintang ma, senior aku di kantor. Hasil fotonya bagus-bagus lo
ma” Ceritaku
Bintang nampak tersipu malu ketika aku memujinya.
“ Aku permisi dulu. Jora, Tante” Kata Bintang
Aku melambaikan tangan kepada Bintang sedang mama tersenyum kecil.
Setelah tiba di rumah aku segera bergegas menuju dapur untuk meletakkan
sayur-mayur dan buah-buahan di dalam kulkas. Mama juga ikut membantu
mengeluarkan barang-barang dari dalam plastik. Setelah semua barang masuk ke
dalam kulkas baru aku menyiapkan beberapa bahan untuk makan malam.
Kekompakan tercipta saat aku dan mama bisa memasak bersama. Malam ini
menunya sederhana saja. Hanya nasi goreng kacang polong dan ayam goreng. Mama
mengaduk nasi dengan susah payah, pekerjaan seperti ini sangat jarang dilakukannya.
Aku membantu mama mengaduk nasi. Mama nampak terharu, ia mengelus kepalaku dan
menciumi pipiku.
Dua piring nasi goreng dengan campuran kacang polong terhidang di atas
meja makan. Mama membuatkan teh hangat untuk minumannya. Terlihat sederhana
memang tapi aku sangat menikmati kebersamaan yang jarang ku rasakan ini. Dengan
manja aku minta disuapi mama. Mama tidak canggung menyuapiku, ia bahkan
menyuruhku duduk di pahanya agar ia bisa lebih dekat denganku. Kami menikmati
kebersamaan hingga azan magrib berkumandang.
“ Mama Jora berangkat dulu ya!” Kataku tergesa-gesa memasang sepatu
“ Gak ikut mobil mama?” Tanya mama
Aku menggeleng “ Taksi aku udah datang ma, udah ya!” Aku segera berlari
menghampiri taksi di depan rumah.
“ Kantor majalah Potret pak, buruan ya!”
Supir taksi mengangguk dan segera membawa mobil menuju kantor majalah
potret.
Aku bernafas lega, rapat ternyata belum di mulai. Beberapa petinggi
majalah Potret lewat di depanku, aku memberi mereka hormat dengan mundur
beberapa langkah ke belakang sambil menunduk.
“ Kamu lupa ya kalau pagi ini ada rapat?” Tanya Bagas
“ Iya, aku benar-benar lupa. Untung taksi online itu mau jemput di
rumah” Sahutku
Kami segera memasuki ruang rapat bersama pegawai lain.
Rapat kali ini membahas tentang foto terbaru yang akan dimuat di blog
Pesona Indonesia. Bintang sebagai senior bagian fotografer langsung memberi
usul tentang pemotretan di pantai Ujung timur. Kami yang ada di ruang rapat
nampak bingung mendengar nama pantai yang sangat asing tersebut.
Bintang memperlihatkan beberapa foto di dalam laptopnya. Pantai Ujung
Timur adalah sebuah pantai berpasir putih yang masih asri. Pantai ini
menawarkan pemandangan bawah laut yang indah juga sunset yang menawan.
Kami bertepuk tangan setelah mendengar persentasi dari Bintang.
Sekarang giliran pemilihan kelompok yang akan pergi ke pantai. Aku memandang
Bagas, semoga kami bisa satu kelompok lagi.
“Pak saya mau mengusulkan tim untuk tugas kali ini” Kata Bintang
mengangkat tangan
Ia berdiri dan menunjuk siapa saja orang yang terpilih dalam tugas ini.
“ Ana, Maya, Gilang, Kejora. Juga saya sendiri” Kata Bintang mantap
Nama-nama yang disebutkan Bintang nampak senang sekali karena mereka
akan pergi liburan keluar kota lagi. Hanya aku nampaknya yang murung.
“ Lakukan yang terbaik” Bisik Bagas
“ Siapa temanku di sana nanti” Balasku dengan berbisik juga
“ Mereka. Para senior ” Kata Bagas
Aku melangkah gontai menuju ruang kerja. Tugas yang tidak menyenangkan.
Kenapa aku harus pergi dengan senior-senior itu. Mereka bahkan jarang sekali
berbicara denganku. Bagaimana perjalanan ini akan menyenangkan.
“ Jangan terlalu sering melamun. Nanti kamu kehabisan waktu buat
siap-siap” Kata Bagas
“ Aku tidak suka dengan tugas kali ini” Kataku
Bagas meletakkan kamera di atas meja “ Tidak selamanya kan kita selalu
di tugaskan bersama-sama. Kamu harus patuhi apa kata atasan. Lakukan dengan
baik, nanti aku akan telpon kamu saat kamu sampai”
Aku mengangkat jari kelingkingku “ Janji?”
Bagas membalasnya dengan mengusap kepalaku “ Iya”
Di dalam mobil tidak banyak percakapan yang terjadi. Bintang tengah
tertidur lelap di bangku belakang bersama Gilang. Sedangkan ketiga senior
wanita lainnya asyik dengan handphone masing-masing. Aku tidak punya kegiatan
lain dan akhirnya ikut tertidur pulas.
Sampai di sana waktu sudah menunjukan pukul 4 sore, pantai ini memang indah
seperti yang diceritakan Bintang. Pasirnya putih bersih dengan debur ombak yang
tenang. Meski terbilang pantai baru namun minat masyarakat untuk pergi ke sini
cukup banyak juga. Di kejauhan aku melihat sebuah mushola, aku bergegas pergi
untuk menunaikan sholat ashar.
Setelah selesai sholat aku mendapati tasku yang terbuka. Salah satu
barang penting di dalam tasku menghilang. Kamera. Aku berlari menghampiri Kak
Ana dan menanyakan apakah ia melihat kameraku. Bukannya membantu mencari ia
malah memarahiku dengan garang.
“ Kamera itu mahal, harusnya kamu hati-hati meletakkan benda penting
itu!” Ucapnya
“ Maaf..” Ucapku pelan
“ Sekarang kamu tidak punya kamera. Apa yang bisa kamu lakukan? Kamu
tidak berguna disini” tambah Maya
Aku tidak berani menjawab apa-apa.
Mendengar keributan Bintang segera menghampiri kami bertiga. Ia membawa
ku agak menjauh dari Ana dan Maya.
“ Kamu mau membela dia Bintang? Dia sudah menghilangkan kamera kantor,
dia harus di hukum!” Kata Maya
“ Kamu sudah mencari kameranya Jora?” Tanya Bintang
“Sudah, tapi tetap tidak ada” jawabku
Bintang menghela nafas “ Kamu tulis artikel dari hasil foto yang kami
buat. Semuanya”
Aku mengangguk kecil lalu memilih menjauh dari empat senior itu.
Tadinya aku ingin menceritakan pada Bagas apa yang baru saja ku alami
tapi Bagas malah tidak bisa dihubungi. Aku mendesah pelan, tugas kali ini
benar-benar sulit. Tidak ada kamera, apa yang akan ku lakukan.
Aku membuat sebuah vidio dari handphone, dan berencana akan mengirimnya
pada Bagas.
“ Gas lihat deh, pantainya cantik kan? Ombaknya juga pelan. Coba aja
ada kamu kita bisa seru-seruan main air di sini”
Kataku sambil mengarahkan
handphone ke penjuru tempat.
0 comments